Rabu, 29 Desember 2010
VIDEO SMP : SMP N Cimanggis 90
VIDEO SMP : SMP N Cimanggis 90
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Selasa, 21 Desember 2010
Selasa, 09 November 2010
VIDEO REUNI SMP : Reuni SMP Negeri 49 tahun 1988
VIDEO REUNI SMP : Reuni SMP Negeri 49 tahun 1988
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Selasa, 02 November 2010
mosting doang via hape (nyacak)
Hanya ujicoba memposting tulisan pake hape, atau sxlian buka label bru aja ya. Hmmm,. Yoda ah, testing doang aja, ngeblog via hape. Bye support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Sabtu, 30 Oktober 2010
Puisi Tisti Rabbani : Malam
mencoba menggambar cetak cahaya di jubah malam
biar ada sedikit binar dalam kelam tanda ada harapan
walau harus berjuang menggoresnya sampai terang
adakah bintang-bintang bersedia membantuku menabuh genderang perang dengan ketiadaan ?
ataukah memang ini keadaan harus diarungi sebagai bagian dari perjalanan ?
kemana genggam tangan yang biasa bantu mengarahkan dalam kebutaan ?
aku sendiriankah ?.........
Puisi Tisti Rabbani : Malam
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
biar ada sedikit binar dalam kelam tanda ada harapan
walau harus berjuang menggoresnya sampai terang
adakah bintang-bintang bersedia membantuku menabuh genderang perang dengan ketiadaan ?
ataukah memang ini keadaan harus diarungi sebagai bagian dari perjalanan ?
kemana genggam tangan yang biasa bantu mengarahkan dalam kebutaan ?
aku sendiriankah ?.........
Puisi Tisti Rabbani : Malam
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Senin, 25 Oktober 2010
Puisi M Faizi : Hujan Buatan
Basah pikirku,
basah khayalku
kehujanan di dalam ruang amnesiamu
Gelegar guntur, salam pembuka langit murung
menuntun kelupaan pada cucian di jemuran
dua ember penuh popok
kain pel yang berhari-hari di halaman
Aku menghitung rintik hujan
lalu mengalikannya dengan degup jantung
Basah pikirku
basah khayalku
aku pun keluar kamar, berhujan-hujanan
memandikan tubuh dari masa lalu
dan pada hujan yang menggurat kemarau
di kening siang
lamat-lamat kudengar tangisan musim
untuk cuaca yang salah pada jadwal pemberangkatan
Hujan buatan, Amnesia
memandikan pikiran dan khayalan
pada jadwal yang terpaut berbulan-bulan
Puisi M Faizi : Hujan Buatan
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
basah khayalku
kehujanan di dalam ruang amnesiamu
Gelegar guntur, salam pembuka langit murung
menuntun kelupaan pada cucian di jemuran
dua ember penuh popok
kain pel yang berhari-hari di halaman
Aku menghitung rintik hujan
lalu mengalikannya dengan degup jantung
Basah pikirku
basah khayalku
aku pun keluar kamar, berhujan-hujanan
memandikan tubuh dari masa lalu
dan pada hujan yang menggurat kemarau
di kening siang
lamat-lamat kudengar tangisan musim
untuk cuaca yang salah pada jadwal pemberangkatan
Hujan buatan, Amnesia
memandikan pikiran dan khayalan
pada jadwal yang terpaut berbulan-bulan
Puisi M Faizi : Hujan Buatan
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Rabu, 20 Oktober 2010
Puisi Achen : Itik Bali
Itik bukan sembarang itik
Ini Itik ajaib dari Bali
Tak bertelur
Apalagi menetasi telur
Itik langsung melahirkan
Lucu ngasal bikin ngakak
Tengil gokill kadang melankolis
Itik masih belia
Itik masih kelas 1 SMA
Teruslah Berkarya
Buatlah Dewi Laksmi Tertawa
Puisi Achen Itik Bali
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Ini Itik ajaib dari Bali
Tak bertelur
Apalagi menetasi telur
Itik langsung melahirkan
Lucu ngasal bikin ngakak
Tengil gokill kadang melankolis
Itik masih belia
Itik masih kelas 1 SMA
Teruslah Berkarya
Buatlah Dewi Laksmi Tertawa
Puisi Achen Itik Bali
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Jumat, 15 Oktober 2010
Puisi Buwel : Sajak Daun
Daun tumbuh tanpa setubuh
berawal mula dari tiada
Daun tumbuh di segala musim
menyegarkan rongga, sejuk
Daun tumbuh tersepoi angin
berayun hampir lepas, tapi tak
Kasih jatuh berawal bermula
tumbuh dengan penuh romantika
Puisi Buwel : Sajak Daun
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
berawal mula dari tiada
Daun tumbuh di segala musim
menyegarkan rongga, sejuk
Daun tumbuh tersepoi angin
berayun hampir lepas, tapi tak
Kasih jatuh berawal bermula
tumbuh dengan penuh romantika
Puisi Buwel : Sajak Daun
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Minggu, 10 Oktober 2010
Puisi Inge : Aku Pergi
Aku Pergi
Mungkin ini yang ia inginkan
Ketika aku menyerah
Dan mengaku kalah
Pada bergulirnya waktu
Dan permainan rasa
Mungkin ini yang ia tunggu
Ketika aku memutuskan
Tuk pergi dan tak lagi mengganggu
Bersama sayatan luka
Dalam hempasan ketidakpedulian
Aku pergi
Kubawa cinta ini
Yang tak pernah terganti
Hanya untukmu
Sumber : http://cyberdreambox.blogspot.com/2010/10/aku-pergi.html
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Mungkin ini yang ia inginkan
Ketika aku menyerah
Dan mengaku kalah
Pada bergulirnya waktu
Dan permainan rasa
Mungkin ini yang ia tunggu
Ketika aku memutuskan
Tuk pergi dan tak lagi mengganggu
Bersama sayatan luka
Dalam hempasan ketidakpedulian
Aku pergi
Kubawa cinta ini
Yang tak pernah terganti
Hanya untukmu
Sumber : http://cyberdreambox.blogspot.com/2010/10/aku-pergi.html
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Sabtu, 09 Oktober 2010
Puisi Fanny Fredlina : Nuansa
hitam diriku
putih dirimu
ikal rambutku
lurus rambutmu
bundar cemerlang mataku
sipit bulan sabit matamu
gema takbir di telingaku
kidung rohani di telingamu
ada jurang menganga
ada jembatan bertajuk CINTA
bisakah kita meniti jembatan itu?
Sumber Puisi Fanny Fredlina : Nuansa
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
putih dirimu
ikal rambutku
lurus rambutmu
bundar cemerlang mataku
sipit bulan sabit matamu
gema takbir di telingaku
kidung rohani di telingamu
ada jurang menganga
ada jembatan bertajuk CINTA
bisakah kita meniti jembatan itu?
Sumber Puisi Fanny Fredlina : Nuansa
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Puisi Puisi Blogger Indonesia
Kehabisan Ide Hingga tuk sementara hanya memosting ulang dari Puisi Puisi Miliknya Para Blogger Indonesia : Mungkin diantara Puisi Puisi Yang akan Menjadi bahan postingan ini adalah :
Blognya Milik Non Inge, Aulawi Ahamad, Achmad Edy Gunawan, Fanny Fredlina, Achen, Buwel, M-Faizi, Tisti Rabbani, Dan lain Sebagainya.
Moga Lancar Postingan Anak SMP ini.
Amiiin
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Blognya Milik Non Inge, Aulawi Ahamad, Achmad Edy Gunawan, Fanny Fredlina, Achen, Buwel, M-Faizi, Tisti Rabbani, Dan lain Sebagainya.
Moga Lancar Postingan Anak SMP ini.
Amiiin
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Sabtu, 02 Oktober 2010
Video Puisi WS Rendra - Revolusi
Video Puisi WS Rendra - Revolusi
Video Puisi WS Rendra - Revolusi
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Video Puisi WS Rendra - Revolusi
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Kamis, 30 September 2010
Doa - Amir Hamzah
DOA
Oleh :
Amir Hamzah
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah
terik.
Angin malam mengembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyiarkan kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar
gelakku rayu!
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Oleh :
Amir Hamzah
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah
terik.
Angin malam mengembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.
Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap malam menyiarkan kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar
gelakku rayu!
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Rabu, 29 September 2010
BUAH RINDU II - Amir Hamzah
BUAH RINDU II
Oleh :
Amir Hamzah
Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dan nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
Di waktu ini gelap gulita.
Kicau murai tiada merdu
Pada beta bujang Melayu
Himbau pungguk tiada merindu
Dalam telingaku seperti dahulu.
Tuan aduhai mega berarak
Yang melipud dewangga raya
Berhentilah tuan di atas teratak
Anak Langkat musyafir lata.
Sesa'at sekejap mata beta berpesan
Padamu tuan aduhai awan
Arah manatah tuan berjalan
Di negeri manatah tuan bertahan?
Sampaikan rinduku pada adinda
Bisikkan rayuanku pada juita
Liputi lututnya muda kencana
Serupa beta memeluk dia.
Ibu, konon jauh tanah Selindung
Tempat gadis duduk berjuntai
Bonda hajat hati memeluk gunung
apatah daya tangan ta' sampai.
Elang, Rajawali burung angkasa
Turunlah tuan barang sementara
Beta bertanya sepatah kata
Adakah tuan melihat adinda?
Mega telahku sapa
Margasatwa telahku tanya
Maut telahku puja
Tetapi adinda manatah dia !
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Oleh :
Amir Hamzah
Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dan nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
Di waktu ini gelap gulita.
Kicau murai tiada merdu
Pada beta bujang Melayu
Himbau pungguk tiada merindu
Dalam telingaku seperti dahulu.
Tuan aduhai mega berarak
Yang melipud dewangga raya
Berhentilah tuan di atas teratak
Anak Langkat musyafir lata.
Sesa'at sekejap mata beta berpesan
Padamu tuan aduhai awan
Arah manatah tuan berjalan
Di negeri manatah tuan bertahan?
Sampaikan rinduku pada adinda
Bisikkan rayuanku pada juita
Liputi lututnya muda kencana
Serupa beta memeluk dia.
Ibu, konon jauh tanah Selindung
Tempat gadis duduk berjuntai
Bonda hajat hati memeluk gunung
apatah daya tangan ta' sampai.
Elang, Rajawali burung angkasa
Turunlah tuan barang sementara
Beta bertanya sepatah kata
Adakah tuan melihat adinda?
Mega telahku sapa
Margasatwa telahku tanya
Maut telahku puja
Tetapi adinda manatah dia !
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Selasa, 28 September 2010
CINTAKU JAUH DI PULAU - Chairil Anwar
CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
1946
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Senin, 27 September 2010
BERDIRI AKU - Amir Hamzah
BERDIRI AKU
Oleh :
Amir Hamzah
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyeduk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas.
Benang raja mencelup ujung
Naik marak mengerak corak
Elang leka sayap tergulung
dimabuk wama berarak-arak.
Dalam rupa maha sempuma
Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Oleh :
Amir Hamzah
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyeduk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas.
Benang raja mencelup ujung
Naik marak mengerak corak
Elang leka sayap tergulung
dimabuk wama berarak-arak.
Dalam rupa maha sempuma
Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Minggu, 26 September 2010
Doa - Chairil Anwar
DOA
kepada pemeluk teguh : Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
kepada pemeluk teguh : Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
13 November 1943
SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Sabtu, 25 September 2010
Senja Di Pelabuhan Kecil - Chairil Anwar
SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Jumat, 24 September 2010
HAMPA - Chairil Anwar
HAMPA
kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
kepada sri
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Kamis, 23 September 2010
Cintamu - Gus Mus
CINTAMU - Gus Mus
bukankah aku sudah mengatakan kepadamu kemarilah
rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
datanglah aku kan berlari menyambutmu
tapi kau terus sibuk dengan dirimu
kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
tanpa meski sekedar melongokku
kau hanya membayangkan dan menggambarkan diriku
lalu kau rayu aku dari kejauhan
kau merayu dan memujaku
bukan untuk mendapatkan cintaku
tapi sekedar memuaskan egomu
kau memarahi mereka yang berusaha mendekatiku
seolah-olah aku sudah menjadi kekasihmu
apakah karena kau cemburu buta
atau takut mereka lebih tulus mencintaiku?
pulanglah ke dirimu
aku tak kemana-mana
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
bukankah aku sudah mengatakan kepadamu kemarilah
rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
datanglah aku kan berlari menyambutmu
tapi kau terus sibuk dengan dirimu
kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
tanpa meski sekedar melongokku
kau hanya membayangkan dan menggambarkan diriku
lalu kau rayu aku dari kejauhan
kau merayu dan memujaku
bukan untuk mendapatkan cintaku
tapi sekedar memuaskan egomu
kau memarahi mereka yang berusaha mendekatiku
seolah-olah aku sudah menjadi kekasihmu
apakah karena kau cemburu buta
atau takut mereka lebih tulus mencintaiku?
pulanglah ke dirimu
aku tak kemana-mana
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Rabu, 22 September 2010
PENERIMAAN - Chairil Anwar
PENERIMAAN - Chairil Anwar
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Selasa, 21 September 2010
Aku - Chairil Anwar
AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Aku by Chairil Anwar
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Aku by Chairil Anwar
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Senin, 20 September 2010
NEGERI SULAPAN by Gus Mus
NEGERI SULAPAN by Gus Mus
pulang dari negeri kecil di timur tengah
dengan kagum kang sobari bercerita
bak alfu-lailah-walailah
tentang tanah gersang yang disulap
menjadi taman sari yang asri
oleh orang-orang badui
tentang bangsa nomad
yang menjadi majikan terhormat
luar biasa, dahsyat!
masih kalah dengan kita disini, kataku
disini sorga
disulap sekejap menjadi neraka
raja-raja adiguna
menjadi budak-budak hina-dina
zamrud katulistiwa
menjadi tinja dimana-mana
Juni 2005
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
pulang dari negeri kecil di timur tengah
dengan kagum kang sobari bercerita
bak alfu-lailah-walailah
tentang tanah gersang yang disulap
menjadi taman sari yang asri
oleh orang-orang badui
tentang bangsa nomad
yang menjadi majikan terhormat
luar biasa, dahsyat!
masih kalah dengan kita disini, kataku
disini sorga
disulap sekejap menjadi neraka
raja-raja adiguna
menjadi budak-budak hina-dina
zamrud katulistiwa
menjadi tinja dimana-mana
Juni 2005
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Minggu, 19 September 2010
Chairil Anwar
Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya berkahwin lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta. Semasa kecil di Medan, Chairil sangat rapat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil.
Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.
Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”
sumber
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.
Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.
Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”
sumber
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Sabtu, 18 September 2010
Demo - Gus Mus
DEMO
mengapa ketika sekalian alam
tak sanggup menerima
tugas mengelola bumi
kalian mengajukan diri
tak tahu diri
kini
ketika kalian melibas dan merusak
saling tumpas dan saling gasak
lalu
langit sekalian badai dan petirnya
laut sekalian kerak dan ombaknya
bumi sekalian tanah dan sampahnya
dunia sekalian harta dan bendanya
membantu kalian
mempercepat kehancuran
kalian mengeluh
atau lupa?
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
mengapa ketika sekalian alam
tak sanggup menerima
tugas mengelola bumi
kalian mengajukan diri
tak tahu diri
kini
ketika kalian melibas dan merusak
saling tumpas dan saling gasak
lalu
langit sekalian badai dan petirnya
laut sekalian kerak dan ombaknya
bumi sekalian tanah dan sampahnya
dunia sekalian harta dan bendanya
membantu kalian
mempercepat kehancuran
kalian mengeluh
atau lupa?
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Jumat, 17 September 2010
KH Achmad Mustofa Bisri | Sang Kiyai Pembelajar
KH Achmad Mustofa Bisri Sang Kiyai Pembelajar
Kiyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim, ini telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama. Ia kiyai yang bersahaja, bukan kiyai yang ambisius. Ia kiyai pembelajar bagi para ulama dan umat. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, ini enggan (menolak) dicalonkan menjadi Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama dalam Muktamar NU ke-31 28/11-2/12-2004 di Boyolali, Jawa Tengah.
KH Achmad Mustofa Bisri, akrab dipanggil Gus Mus, ini mempunyai prinsip harus bisa mengukur diri. Setiap hendak memasuki lembaga apapun, ia selalu terlebih dahulu mengukur diri. Itulah yang dilakoninya ketika Gus Dur mencalonkannya dalam pemilihan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama pada Muktamar NU ke-31 itu.
“Saya harus bisa mengukur diri sendiri. Mungkin lebih baik saya tetap berada di luar, memberikan masukan dan kritikan dengan cara saya,” jelas alumnus Al Azhar University, Kairo (Mesir), ini, yang ketika kuliah mempunyai hobi main sepakbola dan bulutangkis. Setelah tak lagi punya waktu meneruskan hobi lamanya, ulama ini lalu menekuni hobi membaca buku sastra dan budaya, menulis dan memasak, termasuk masak makanan Arab dengan bumbu tambahan.
Lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur.
Ia dididik orangtuanya dengan keras apalagi jika menyangkut prinsip-prinsip agama. Namun, pendidikan dasar dan menengahnya terbilang kacau. Setamat sekolah dasar tahun 1956, ia melanjut ke sekolah tsanawiyah. Baru setahun di tsanawiyah, ia keluar, lalu masuk Pesantren Lirboyo, Kediri selama dua tahun. Kemudian pindah lagi ke Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Di Yogyakarta, ia diasuh oleh KH Ali Maksum selama hampur tiga tahun. Ia lalu kembali ke Rembang untuk mengaji langsung diasuh ayahnya.
KH Ali Maksum dan ayahnya KH Bisri Mustofa adalah guru yang paling banyak mempengaruhi perjalanan hidupnya. Kedua kiyai itu memberikan kebebasan kepada para santri untuk mengembangkan bakat seni.
Kemudian tahun 1964, dia dikirim ke Kairo, Mesir, belajar di Universitas Al-Azhar, mengambil jurusan studi keislaman dan bahasa Arab, hingga tamat tahun 1970. Ia satu angkatan dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Menikah dengan Siti Fatimah, ia dikaruniai tujuh orang anak, enam di antaranya perempuan. Anak lelaki satu-satunya adalah si bungsu Mochamad Bisri Mustofa, yang lebih memilih tinggal di Madura dan menjadi santri di sana. Kakek dari empat cucu ini sehari-hari tinggal di lingkungan pondok hanya bersama istri dan anak keenamnya Almas.
Setelah abangnya KH Cholil Bisri meninggal dunia, ia sendiri memimpin dan mengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, didampingi putra Cholil Bisri. Pondok yang terletak di Desa Leteh, Kecamatan Rembang Kota, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, 115 kilometer arah timur Kota Semarang, itu sudah berdiri sejak tahun 1941.
Keluarga Mustofa Bisri menempati sebuah rumah kuno wakaf yang tampak sederhana tapi asri, terletak di kawasan pondok. Ia biasa menerima tamu di ruang seluas 5 x 12 meter berkarpet hijau dan berisi satu set kursi tamu rotan yang usang dan sofa cokelat. Ruangan tamu ini sering pula menjadi tempat mengajar santrinya.
Pintu ruang depan rumah terbuka selama 24 jam bagi siapa saja. Para tamu yang datang ke rumah lewat tengah malam bisa langsung tidur-tiduran di karpet, tanpa harus membangunkan penghuninya. Dan bila subuh tiba, keluarga Gus Mus akan menyapa mereka dengan ramah. Sebagai rumah wakaf, Gus Mus yang rambutnya sudah memutih berprinsip, siapapun boleh tinggal di situ.
Di luar kegiatan rutin sebagai ulama, dia juga seorang budayawan, pelukis dan penulis. Dia telah menulis belasan buku fiksi dan nonfiksi. Justru melalui karya budayanyalah, Gus Mus sering kali menunjukkan sikap kritisnya terhadap “budaya” yang berkembang dalam masyarakat. Tahun 2003, misalnya, ketika goyang ngebor pedangdut Inul Daratista menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat, Gus Mus justru memamerkan lukisannya yang berjudul “Berdzikir Bersama Inul”. Begitulah cara Gus Mus mendorong “perbaikan” budaya yang berkembang saat itu.
Bakat lukis Gus Mus terasah sejak masa remaja, saat mondok di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Ia sering keluyuran ke rumah-rumah pelukis. Salah satunya bertandang ke rumah sang maestro seni lukis Indonesia, Affandi. Ia seringkali menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Sehingga setiap kali ada waktu luang, dalam bantinnya sering muncul dorongan menggambar. “Saya ambil spidol, pena, atau cat air untuk corat-coret. Tapi kumat-kumatan, kadang-kadang, dan tidak pernah serius,” kata Gus Mus, perokok berat yang sehari-hari menghabiskan dua setengah bungkus rokok.
Gus Mus, pada akhir tahun 1998, pernah memamerkan sebanyak 99 lukisan amplop, ditambah 10 lukisan bebas dan 15 kaligrafi, digelar di Gedung Pameran Seni Rupa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Kurator seni rupa, Jim Supangkat, menyebutkan, kekuatan ekspresi Mustofa Bisri terdapat pada garis grafis. Kesannya ritmik menuju zikir membuat lukisannya beda dengan kaligrafi. “Sebagian besar kaligrafi yang ada terkesan tulisan yang diindah-indahkan,” kata Jim Supangkat, memberi apresiasi kepada Gus Mus yang pernah beberapa kali melakukan pameran lukisan.
Sedangkan dengan puisi, Gus Mus mulai mengakrabinya saat belajar di Kairo, Mesir. Ketika itu Perhimpunan Pelajar Indonesia di Mesir membikin majalah. Salah satu pengasuh majalah adalah Gus Dur. Setiap kali ada halaman kosong, Mustofa Bisri diminta mengisi dengan puisi-puisi karyanya. Karena Gus Dur juga tahu Mustofa bisa melukis, maka, ia diminta bikin lukisan juga sehingga jadilah coret-coretan, atau kartun, atau apa saja, yang penting ada gambar pengisi halaman kosong. Sejak itu, Mustofa hanya menyimpan puisi karyanya di rak buku.
Namun adalah Gus Dur pula yang ‘mengembalikan’ Gus Mus ke habitat perpuisian. Pada tahun 1987, ketika menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Gus Dur membuat acara “Malam Palestina”. Salah satu mata acara adalah pembacaan puisi karya para penyair Timur Tengah. Selain pembacaan puisi terjemahan, juga dilakukan pembacaan puisi aslinya. Mustofa, yang fasih berbahasa Arab dan Inggris, mendapat tugas membaca karya penyair Timur Tengah dalam bahasa aslinya. Sejak itulah Gus Mus mulai bergaul dengan para penyair.
Sejak Gus Mus tampil di Taman Ismail Marzuki, itu kepenyairannya mulai diperhitungkan di kancah perpuisian nasional. Undangan membaca puisi mengalir dari berbagai kota. Bahkan ia juga diundang ke Malaysia, Irak, Mesir, dan beberapa negara Arab lainnya untuk berdiskusi masalah kesenian dan membaca puisi. Berbagai negeri telah didatangi kyai yang ketika muda pernah punya keinginan aneh, yakni salaman dengan Menteri Agama dan menyampaikan salam dari orang-orang di kampungnya. Untuk maksud tersebut ia berkali-kali datang ke kantor sang menteri. Datang pertama kali, ditolak, kedua kali juga ditolak. Setelah satu bulan, ia diizinkan ketemu menteri walau hanya tiga menit.
Kyai bertubuh kurus berkacamata minus ini telah melahirkan ratusan sajak yang dihimpun dalam lima buku kumpulan puisi: Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus Antologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993), Rubaiyat Angin dan Rumput (1994), dan Wekwekwek (1995). Selain itu ia juga menulis prosa yang dihimpun dalam buku Nyamuk Yang Perkasa dan Awas Manusia (1990).
Tentang kepenyairan Gus Mus, ‘Presiden Penyair Indonesia’ Sutardji Calzoum Bachri menilai, gaya pengucapan puisi Mustofa tidak berbunga-bunga, sajak-sajaknya tidak berupaya bercantik-cantik dalam gaya pengucapan. Tapi lewat kewajaran dan kesederhanaan berucap atau berbahasa, yang tumbuh dari ketidakinginan untuk mengada-ada. Bahasanya langsung, gamblang, tapi tidak menjadikan puisinya tawar atau klise. “Sebagai penyair, ia bukan penjaga taman kata-kata. Ia penjaga dan pendamba kearifan,” kata Sutardji.
Kerap memberi ceramah dan tampil di mimbar seminar adalah lumrah bagi Gus Mus. Yang menarik, pernah dalam sebuah ceramah, hadirin meminta sang kiai membacakan puisi. Suasana hening. Gus Mus lalu beraksi: “Tuhan, kami sangat sibuk. Sudah.”
Sebagai cendekiawan muslim, Gus Mus mengamalkan ilmu yang didapat dengan cara menulis beberapa buku keagamaan. Ia termasuk produktif menulis buku yang berbeda dengan buku para kyai di pesantren. Tahun 1979, ia bersama KH M. Sahal Mahfudz menerjemahkan buku ensiklopedia ijmak. Ia juga menyusun buku tasawuf berjudul Proses Kebahagiaan (1981). Selain itu, ia menyusun tiga buku tentang fikih yakni Pokok-Pokok Agama (1985), Saleh Ritual, Saleh Sosial (1990), dan Pesan Islam Sehari-hari (1992).
Ia lalu menerbitkan buku tentang humor dan esai, “Doaku untuk Indonesia” dan “Ha Ha Hi Hi Anak Indonesia”. Buku yang berisi kumpulan humor sejak zaman Rasullah dan cerita-cerita lucu Indonesia. Menulis kolom di media massa sudah dimulainya sejak muda. Awalnya, hatinya “panas” jika tulisan kakaknya, Cholil Bisri, dimuat media koran lokal dan guntingan korannya ditempel di tembok. Ia pun tergerak untuk menulis. Jika dimuat, guntingan korannya ditempel menutupi guntingan tulisan sang kakak. Gus Mus juga rajin membuat catatan harian.
Seperti kebanyakan kyai lainnya, Mustofa banyak menghabiskan waktu untuk aktif berorganisasi, seperti di NU. Tahun 1970, sepulang belajar dari Mesir, ia menjadi salah satu pengurus NU Cabang Kabupaten Rembang. Kemudian, tahun 1977, ia menduduki jabatan Mustasyar, semacam Dewan Penasihat NU Wilayah Jawa Tengah. Pada Muktamar NU di Cipasung, Jawa Barat, tahun 1994, ia dipercaya menjadi Rais Syuriah PB NU.
Enggan Ketua PB NU
Kesederhanaannya telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama. Ia didorong-dorong oleh Gus Dur dan kawan-kawan dari kelompok NU kultural, untuk mau mencalonkan diri sebagai calon ketua umum PB NU pada Muktamar NU ke-31 tahun 2004, di Boyolali, Jawa Tengah. Tujuannya, untuk menandingi dan menghentikan langkah maju KH Hasyim Muzadi dari kelompok NU struktural. Kawan karib Gus Dur selama belajar di Kairo, Mesir, ini dianggap salah satu ulama yang berpotensi menghentikan laju ketua umum lama. Namun Gus Mus justru bersikukuh menolak.
Alhasil, Hasyim Muzadi mantan calon wakil presiden berpasangan dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri dari PDI Perjuangan, pada Pemilu Preisden 2004, itu terpilih kembali sebagai Ketua Dewan Tanfidziah ‘berpasangan’ dengan KH Achmad Sahal Makhfud sebagai Rois Aam Dewan Syuriah PB NU. Muktamar berhasil meninggalkan catatan tersendiri bagi KH Achmad Mustofa Bisri, yakni ia berhasil menolak keinginan kuat Gus Dur, ulama ‘kontroversial’.
Ternyata langkah seperti itu bukan kali pertama dilakukannya. Jika tidak merasa cocok berada di suatu lembaga, dia dengan elegan menarik diri. Sebagai misal, kendati pernah tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah tahun 1987-1992, mewakili PPP, demikian pula pernah sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), mantan Rois Syuriah PB NU periode 1994-1999 dan 1999-2004 ini tidak pernah mau dicalonkan untuk menjabat kembali di kedua lembaga tersebut. Lalu, ketika NU ramai-ramai mendirikan partai PKB, ia tetap tak mau turun gelanggang politik apalagi terlibat aktif di dalamnya.
Demikian pula dalam Pemilu Legislatif 2004, meski namanya sudah ditetapkan sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Jawa Tengah, ia lalu memilih mengundurkan diri sebelum pemilihan itu sendiri digelar. Ia merasa dirinya bukan orang yang tepat untuk memasuki bidang pemerintahan. Ia merasa, dengan menjadi wakil rakyat, ternyata apa yang diberikannya tidak sebanding dengan yang diberikan oleh rakyat. “Selama saya menjadi anggota DPRD, sering terjadi pertikaian di dalam batin saya, karena sebagai wakil rakyat, yang menerima lebih banyak dibandingkan dengan apa yang bisa saya berikan kepada rakyat Jawa Tengah,” kata Mustofa mengenang pengalaman dan pertentangan batin yang dia alami selama menjadi politisi.
Dicalonkan menjadi ketua umum PB NU sudah seringkali dialami Gus Mus. Dalam beberapa kali mukhtamar, namanya selalu saja dicuatkan ke permukaan. Ia adalah langganan “calon ketua umum” dan bersamaan itu ia selalu pula menolak. Di Boyolali 2004 namanya digandang-gandang sebagai calon ketua umum. Bahkan dikabarkan para kyai sepuh telah meminta kesediaannya. Sampai-sampai utusan kyai sepuh menemui ibunya, Ma’rafah Cholil, agar mengizinkan anaknya dicalonkan. Sang ibu malah hanya menjawab lugas khas warga ulama NU, ”Mustofa itu tak jadi Ketua Umum PB NU saja sudah tak pernah di rumah, apalagi kalau menjadi ketua umum. Nanti saya tak pernah ketemu.”
Gus Mus sendiri yang tampak enggan dicalonkan, dengan tangkas menyebutkan, “Saya mempunyai hak prerogatif untuk menolak,” ucap pria bertutur kata lembut yang sesungguhnya berkawan karib dengan Gus Dur selama belajar di Kairo, Mesir. Saking karibnya, Gus Mus pernah meminta makan kepada Gus Dur selama berbulan-bulan sebab beasiswanya belum turun-turun. Persahabatan terus berlanjut sampai sekarang. Kalau Gus Dur melawat ke Jawa Timur dan singgah di Rembang, biasanya mampir ke rumah Gus Mus. Sebaliknya, bila dia berkunjung ke Jakarta, sebisa-bisanya bertandang ke rumah Gus Dur. Selain saling kunjung, mereka tak jarang pula berkomunikasi melalui telepon. ►eti/ht-tsl
taken from
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/achmad-mustofa-bisri/biografi/index.shtml
sumber
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Kiyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim, ini telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama. Ia kiyai yang bersahaja, bukan kiyai yang ambisius. Ia kiyai pembelajar bagi para ulama dan umat. Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, ini enggan (menolak) dicalonkan menjadi Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama dalam Muktamar NU ke-31 28/11-2/12-2004 di Boyolali, Jawa Tengah.
KH Achmad Mustofa Bisri, akrab dipanggil Gus Mus, ini mempunyai prinsip harus bisa mengukur diri. Setiap hendak memasuki lembaga apapun, ia selalu terlebih dahulu mengukur diri. Itulah yang dilakoninya ketika Gus Dur mencalonkannya dalam pemilihan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama pada Muktamar NU ke-31 itu.
“Saya harus bisa mengukur diri sendiri. Mungkin lebih baik saya tetap berada di luar, memberikan masukan dan kritikan dengan cara saya,” jelas alumnus Al Azhar University, Kairo (Mesir), ini, yang ketika kuliah mempunyai hobi main sepakbola dan bulutangkis. Setelah tak lagi punya waktu meneruskan hobi lamanya, ulama ini lalu menekuni hobi membaca buku sastra dan budaya, menulis dan memasak, termasuk masak makanan Arab dengan bumbu tambahan.
Lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur.
Ia dididik orangtuanya dengan keras apalagi jika menyangkut prinsip-prinsip agama. Namun, pendidikan dasar dan menengahnya terbilang kacau. Setamat sekolah dasar tahun 1956, ia melanjut ke sekolah tsanawiyah. Baru setahun di tsanawiyah, ia keluar, lalu masuk Pesantren Lirboyo, Kediri selama dua tahun. Kemudian pindah lagi ke Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Di Yogyakarta, ia diasuh oleh KH Ali Maksum selama hampur tiga tahun. Ia lalu kembali ke Rembang untuk mengaji langsung diasuh ayahnya.
KH Ali Maksum dan ayahnya KH Bisri Mustofa adalah guru yang paling banyak mempengaruhi perjalanan hidupnya. Kedua kiyai itu memberikan kebebasan kepada para santri untuk mengembangkan bakat seni.
Kemudian tahun 1964, dia dikirim ke Kairo, Mesir, belajar di Universitas Al-Azhar, mengambil jurusan studi keislaman dan bahasa Arab, hingga tamat tahun 1970. Ia satu angkatan dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Menikah dengan Siti Fatimah, ia dikaruniai tujuh orang anak, enam di antaranya perempuan. Anak lelaki satu-satunya adalah si bungsu Mochamad Bisri Mustofa, yang lebih memilih tinggal di Madura dan menjadi santri di sana. Kakek dari empat cucu ini sehari-hari tinggal di lingkungan pondok hanya bersama istri dan anak keenamnya Almas.
Setelah abangnya KH Cholil Bisri meninggal dunia, ia sendiri memimpin dan mengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, didampingi putra Cholil Bisri. Pondok yang terletak di Desa Leteh, Kecamatan Rembang Kota, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, 115 kilometer arah timur Kota Semarang, itu sudah berdiri sejak tahun 1941.
Keluarga Mustofa Bisri menempati sebuah rumah kuno wakaf yang tampak sederhana tapi asri, terletak di kawasan pondok. Ia biasa menerima tamu di ruang seluas 5 x 12 meter berkarpet hijau dan berisi satu set kursi tamu rotan yang usang dan sofa cokelat. Ruangan tamu ini sering pula menjadi tempat mengajar santrinya.
Pintu ruang depan rumah terbuka selama 24 jam bagi siapa saja. Para tamu yang datang ke rumah lewat tengah malam bisa langsung tidur-tiduran di karpet, tanpa harus membangunkan penghuninya. Dan bila subuh tiba, keluarga Gus Mus akan menyapa mereka dengan ramah. Sebagai rumah wakaf, Gus Mus yang rambutnya sudah memutih berprinsip, siapapun boleh tinggal di situ.
Di luar kegiatan rutin sebagai ulama, dia juga seorang budayawan, pelukis dan penulis. Dia telah menulis belasan buku fiksi dan nonfiksi. Justru melalui karya budayanyalah, Gus Mus sering kali menunjukkan sikap kritisnya terhadap “budaya” yang berkembang dalam masyarakat. Tahun 2003, misalnya, ketika goyang ngebor pedangdut Inul Daratista menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat, Gus Mus justru memamerkan lukisannya yang berjudul “Berdzikir Bersama Inul”. Begitulah cara Gus Mus mendorong “perbaikan” budaya yang berkembang saat itu.
Bakat lukis Gus Mus terasah sejak masa remaja, saat mondok di Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Ia sering keluyuran ke rumah-rumah pelukis. Salah satunya bertandang ke rumah sang maestro seni lukis Indonesia, Affandi. Ia seringkali menyaksikan langsung bagaimana Affandi melukis. Sehingga setiap kali ada waktu luang, dalam bantinnya sering muncul dorongan menggambar. “Saya ambil spidol, pena, atau cat air untuk corat-coret. Tapi kumat-kumatan, kadang-kadang, dan tidak pernah serius,” kata Gus Mus, perokok berat yang sehari-hari menghabiskan dua setengah bungkus rokok.
Gus Mus, pada akhir tahun 1998, pernah memamerkan sebanyak 99 lukisan amplop, ditambah 10 lukisan bebas dan 15 kaligrafi, digelar di Gedung Pameran Seni Rupa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Kurator seni rupa, Jim Supangkat, menyebutkan, kekuatan ekspresi Mustofa Bisri terdapat pada garis grafis. Kesannya ritmik menuju zikir membuat lukisannya beda dengan kaligrafi. “Sebagian besar kaligrafi yang ada terkesan tulisan yang diindah-indahkan,” kata Jim Supangkat, memberi apresiasi kepada Gus Mus yang pernah beberapa kali melakukan pameran lukisan.
Sedangkan dengan puisi, Gus Mus mulai mengakrabinya saat belajar di Kairo, Mesir. Ketika itu Perhimpunan Pelajar Indonesia di Mesir membikin majalah. Salah satu pengasuh majalah adalah Gus Dur. Setiap kali ada halaman kosong, Mustofa Bisri diminta mengisi dengan puisi-puisi karyanya. Karena Gus Dur juga tahu Mustofa bisa melukis, maka, ia diminta bikin lukisan juga sehingga jadilah coret-coretan, atau kartun, atau apa saja, yang penting ada gambar pengisi halaman kosong. Sejak itu, Mustofa hanya menyimpan puisi karyanya di rak buku.
Namun adalah Gus Dur pula yang ‘mengembalikan’ Gus Mus ke habitat perpuisian. Pada tahun 1987, ketika menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Gus Dur membuat acara “Malam Palestina”. Salah satu mata acara adalah pembacaan puisi karya para penyair Timur Tengah. Selain pembacaan puisi terjemahan, juga dilakukan pembacaan puisi aslinya. Mustofa, yang fasih berbahasa Arab dan Inggris, mendapat tugas membaca karya penyair Timur Tengah dalam bahasa aslinya. Sejak itulah Gus Mus mulai bergaul dengan para penyair.
Sejak Gus Mus tampil di Taman Ismail Marzuki, itu kepenyairannya mulai diperhitungkan di kancah perpuisian nasional. Undangan membaca puisi mengalir dari berbagai kota. Bahkan ia juga diundang ke Malaysia, Irak, Mesir, dan beberapa negara Arab lainnya untuk berdiskusi masalah kesenian dan membaca puisi. Berbagai negeri telah didatangi kyai yang ketika muda pernah punya keinginan aneh, yakni salaman dengan Menteri Agama dan menyampaikan salam dari orang-orang di kampungnya. Untuk maksud tersebut ia berkali-kali datang ke kantor sang menteri. Datang pertama kali, ditolak, kedua kali juga ditolak. Setelah satu bulan, ia diizinkan ketemu menteri walau hanya tiga menit.
Kyai bertubuh kurus berkacamata minus ini telah melahirkan ratusan sajak yang dihimpun dalam lima buku kumpulan puisi: Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus Antologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993), Rubaiyat Angin dan Rumput (1994), dan Wekwekwek (1995). Selain itu ia juga menulis prosa yang dihimpun dalam buku Nyamuk Yang Perkasa dan Awas Manusia (1990).
Tentang kepenyairan Gus Mus, ‘Presiden Penyair Indonesia’ Sutardji Calzoum Bachri menilai, gaya pengucapan puisi Mustofa tidak berbunga-bunga, sajak-sajaknya tidak berupaya bercantik-cantik dalam gaya pengucapan. Tapi lewat kewajaran dan kesederhanaan berucap atau berbahasa, yang tumbuh dari ketidakinginan untuk mengada-ada. Bahasanya langsung, gamblang, tapi tidak menjadikan puisinya tawar atau klise. “Sebagai penyair, ia bukan penjaga taman kata-kata. Ia penjaga dan pendamba kearifan,” kata Sutardji.
Kerap memberi ceramah dan tampil di mimbar seminar adalah lumrah bagi Gus Mus. Yang menarik, pernah dalam sebuah ceramah, hadirin meminta sang kiai membacakan puisi. Suasana hening. Gus Mus lalu beraksi: “Tuhan, kami sangat sibuk. Sudah.”
Sebagai cendekiawan muslim, Gus Mus mengamalkan ilmu yang didapat dengan cara menulis beberapa buku keagamaan. Ia termasuk produktif menulis buku yang berbeda dengan buku para kyai di pesantren. Tahun 1979, ia bersama KH M. Sahal Mahfudz menerjemahkan buku ensiklopedia ijmak. Ia juga menyusun buku tasawuf berjudul Proses Kebahagiaan (1981). Selain itu, ia menyusun tiga buku tentang fikih yakni Pokok-Pokok Agama (1985), Saleh Ritual, Saleh Sosial (1990), dan Pesan Islam Sehari-hari (1992).
Ia lalu menerbitkan buku tentang humor dan esai, “Doaku untuk Indonesia” dan “Ha Ha Hi Hi Anak Indonesia”. Buku yang berisi kumpulan humor sejak zaman Rasullah dan cerita-cerita lucu Indonesia. Menulis kolom di media massa sudah dimulainya sejak muda. Awalnya, hatinya “panas” jika tulisan kakaknya, Cholil Bisri, dimuat media koran lokal dan guntingan korannya ditempel di tembok. Ia pun tergerak untuk menulis. Jika dimuat, guntingan korannya ditempel menutupi guntingan tulisan sang kakak. Gus Mus juga rajin membuat catatan harian.
Seperti kebanyakan kyai lainnya, Mustofa banyak menghabiskan waktu untuk aktif berorganisasi, seperti di NU. Tahun 1970, sepulang belajar dari Mesir, ia menjadi salah satu pengurus NU Cabang Kabupaten Rembang. Kemudian, tahun 1977, ia menduduki jabatan Mustasyar, semacam Dewan Penasihat NU Wilayah Jawa Tengah. Pada Muktamar NU di Cipasung, Jawa Barat, tahun 1994, ia dipercaya menjadi Rais Syuriah PB NU.
Enggan Ketua PB NU
Kesederhanaannya telah memberi warna baru pada peta perjalanan kehidupan sosial dan politik para ulama. Ia didorong-dorong oleh Gus Dur dan kawan-kawan dari kelompok NU kultural, untuk mau mencalonkan diri sebagai calon ketua umum PB NU pada Muktamar NU ke-31 tahun 2004, di Boyolali, Jawa Tengah. Tujuannya, untuk menandingi dan menghentikan langkah maju KH Hasyim Muzadi dari kelompok NU struktural. Kawan karib Gus Dur selama belajar di Kairo, Mesir, ini dianggap salah satu ulama yang berpotensi menghentikan laju ketua umum lama. Namun Gus Mus justru bersikukuh menolak.
Alhasil, Hasyim Muzadi mantan calon wakil presiden berpasangan dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri dari PDI Perjuangan, pada Pemilu Preisden 2004, itu terpilih kembali sebagai Ketua Dewan Tanfidziah ‘berpasangan’ dengan KH Achmad Sahal Makhfud sebagai Rois Aam Dewan Syuriah PB NU. Muktamar berhasil meninggalkan catatan tersendiri bagi KH Achmad Mustofa Bisri, yakni ia berhasil menolak keinginan kuat Gus Dur, ulama ‘kontroversial’.
Ternyata langkah seperti itu bukan kali pertama dilakukannya. Jika tidak merasa cocok berada di suatu lembaga, dia dengan elegan menarik diri. Sebagai misal, kendati pernah tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah tahun 1987-1992, mewakili PPP, demikian pula pernah sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), mantan Rois Syuriah PB NU periode 1994-1999 dan 1999-2004 ini tidak pernah mau dicalonkan untuk menjabat kembali di kedua lembaga tersebut. Lalu, ketika NU ramai-ramai mendirikan partai PKB, ia tetap tak mau turun gelanggang politik apalagi terlibat aktif di dalamnya.
Demikian pula dalam Pemilu Legislatif 2004, meski namanya sudah ditetapkan sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Jawa Tengah, ia lalu memilih mengundurkan diri sebelum pemilihan itu sendiri digelar. Ia merasa dirinya bukan orang yang tepat untuk memasuki bidang pemerintahan. Ia merasa, dengan menjadi wakil rakyat, ternyata apa yang diberikannya tidak sebanding dengan yang diberikan oleh rakyat. “Selama saya menjadi anggota DPRD, sering terjadi pertikaian di dalam batin saya, karena sebagai wakil rakyat, yang menerima lebih banyak dibandingkan dengan apa yang bisa saya berikan kepada rakyat Jawa Tengah,” kata Mustofa mengenang pengalaman dan pertentangan batin yang dia alami selama menjadi politisi.
Dicalonkan menjadi ketua umum PB NU sudah seringkali dialami Gus Mus. Dalam beberapa kali mukhtamar, namanya selalu saja dicuatkan ke permukaan. Ia adalah langganan “calon ketua umum” dan bersamaan itu ia selalu pula menolak. Di Boyolali 2004 namanya digandang-gandang sebagai calon ketua umum. Bahkan dikabarkan para kyai sepuh telah meminta kesediaannya. Sampai-sampai utusan kyai sepuh menemui ibunya, Ma’rafah Cholil, agar mengizinkan anaknya dicalonkan. Sang ibu malah hanya menjawab lugas khas warga ulama NU, ”Mustofa itu tak jadi Ketua Umum PB NU saja sudah tak pernah di rumah, apalagi kalau menjadi ketua umum. Nanti saya tak pernah ketemu.”
Gus Mus sendiri yang tampak enggan dicalonkan, dengan tangkas menyebutkan, “Saya mempunyai hak prerogatif untuk menolak,” ucap pria bertutur kata lembut yang sesungguhnya berkawan karib dengan Gus Dur selama belajar di Kairo, Mesir. Saking karibnya, Gus Mus pernah meminta makan kepada Gus Dur selama berbulan-bulan sebab beasiswanya belum turun-turun. Persahabatan terus berlanjut sampai sekarang. Kalau Gus Dur melawat ke Jawa Timur dan singgah di Rembang, biasanya mampir ke rumah Gus Mus. Sebaliknya, bila dia berkunjung ke Jakarta, sebisa-bisanya bertandang ke rumah Gus Dur. Selain saling kunjung, mereka tak jarang pula berkomunikasi melalui telepon. ►eti/ht-tsl
taken from
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/achmad-mustofa-bisri/biografi/index.shtml
sumber
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Senin, 13 September 2010
Lahir Sajak - Subagio Sastrowardoyo
Lahir Sajak
oleh : Subagio Sastrowardoyo
Malam yang hamil oleh benihku
Mencampakkan anak sembilan bulan
Ke lantai bumi. Anak haram tanpa ibu
membawa dosa pertama
di keningnya. Tangisnya akan memberitakan
kelaparan dan rinduku, sakit
dan matiku. Ciumlah tanah
yang menrbitkan derita. Dia
adalah nyawamu.
oleh : Subagio Sastrowardoyo
Malam yang hamil oleh benihku
Mencampakkan anak sembilan bulan
Ke lantai bumi. Anak haram tanpa ibu
membawa dosa pertama
di keningnya. Tangisnya akan memberitakan
kelaparan dan rinduku, sakit
dan matiku. Ciumlah tanah
yang menrbitkan derita. Dia
adalah nyawamu.
Jumat, 10 September 2010
Kamis, 09 September 2010
Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono
Hujan Bulan Juni - Sapardi Djoko Damono
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Minggu, 05 September 2010
Sajak Subuh - Sapardi Djoko Damono
Sajak Subuh - Sapardi Djoko Damono
Waktu mereka membakar gubuknya awal subuh itu ia baru saja bermimpi tentang mata air. Mereka berteriak, “Jangan bermimpi!” dan ia terkejut tak mengerti.
Sejak di kota itu ia tak pernah sempat bermimpi. Ia ingin sekali melihat kembali warna hijau dan mata air, tetapi ketika untuk pertama kalinya. Ia bermimpi subuh itu, mereka membakar tempat tinggalnya.
“Jangan bermimpi!” gertak mereka.
Suara itu terpantul di bawahjembatan dan tebing-tebing sungai. Api menyulut udara lembar demi lembar, lalu meresap ke pori-pori kulitnya. Ia tak memahami perintah itu dan mereka memukulnya, “Jangan bermimpi! ”
Ia rubuh dan kembali bermimpi tentang mata air dan …..
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
Waktu mereka membakar gubuknya awal subuh itu ia baru saja bermimpi tentang mata air. Mereka berteriak, “Jangan bermimpi!” dan ia terkejut tak mengerti.
Sejak di kota itu ia tak pernah sempat bermimpi. Ia ingin sekali melihat kembali warna hijau dan mata air, tetapi ketika untuk pertama kalinya. Ia bermimpi subuh itu, mereka membakar tempat tinggalnya.
“Jangan bermimpi!” gertak mereka.
Suara itu terpantul di bawahjembatan dan tebing-tebing sungai. Api menyulut udara lembar demi lembar, lalu meresap ke pori-pori kulitnya. Ia tak memahami perintah itu dan mereka memukulnya, “Jangan bermimpi! ”
Ia rubuh dan kembali bermimpi tentang mata air dan …..
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
Sabtu, 04 September 2010
SEPENGGAL PUISI CAK NUN - CAK NUN
SEPENGGAL PUISI CAK NUN
Oleh :
Emha Ainun Najib
sayang sayang kita tak tau kemana pergi
tak sanggup kita dengarkan suara yang sejati
langkah kita mengabdi pada kepentingan nafsu sendiri
yang bisa kita pandang hanya kepentingan sendiri
loyang disangka emas emasnya di buang buang
kita makin buta yang mana utara yang mana selatan
yang kecil dibesarkan yang besar di remehkan
yang penting disepelekan yang sepele diutamakan
Allah Allah betapa busuk hidup kami
dan masih akan membusuk lagi
betapa gelap hari di depan kami
mohon ayomilah kami yang kecil ini
Oleh :
Emha Ainun Najib
sayang sayang kita tak tau kemana pergi
tak sanggup kita dengarkan suara yang sejati
langkah kita mengabdi pada kepentingan nafsu sendiri
yang bisa kita pandang hanya kepentingan sendiri
loyang disangka emas emasnya di buang buang
kita makin buta yang mana utara yang mana selatan
yang kecil dibesarkan yang besar di remehkan
yang penting disepelekan yang sepele diutamakan
Allah Allah betapa busuk hidup kami
dan masih akan membusuk lagi
betapa gelap hari di depan kami
mohon ayomilah kami yang kecil ini
Jumat, 03 September 2010
Tentang Matahari - Sapardi Djoko Damono
TENTANG MATAHARI - Sapardi Djoko Damono
Matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
"Ini matahari! Ini matahari!"
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayanganmu itu.
Matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
"Ini matahari! Ini matahari!"
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayanganmu itu.
Kamis, 02 September 2010
KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG - Cak Nun
KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG
Oleh :
Emha Ainun Naijb
Kepadamu kekasih kupersembahkan segala api keperihan
di dadaku ini demi cintaku kepada semua manusia
Kupersembahkan kepadamu sirnanya seluruh kepentingan
diri dalam hidup demi mempertahankan kemesraan rahasia,
yang teramat menyakitkan ini, denganmu
Terima kasih engkau telah pilihkan bagiku rumah
persemayaman dalam jiwa remuk redam hamba-hambamu
Kudekap mereka, kupanggul, kusayang-sayang, dan ketika
mereka tancapkan pisau ke dadaku, mengucur darah dari
mereka sendiri, sehingga bersegera aku mengusapnya,
kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku
Kemudian kudekap ia, kupanggul, kusayang-sayang,
kupeluk,
kugendong-gendong, sampai kemudian mereka tancapkan
lagi pisau ke punggungku, sehingga mengucur lagi darah
batinnya, sehingga aku bersegera mengusapnya,
kusumpal,
kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku, kudekap,
kusayang-sayang.
1994
Oleh :
Emha Ainun Naijb
Kepadamu kekasih kupersembahkan segala api keperihan
di dadaku ini demi cintaku kepada semua manusia
Kupersembahkan kepadamu sirnanya seluruh kepentingan
diri dalam hidup demi mempertahankan kemesraan rahasia,
yang teramat menyakitkan ini, denganmu
Terima kasih engkau telah pilihkan bagiku rumah
persemayaman dalam jiwa remuk redam hamba-hambamu
Kudekap mereka, kupanggul, kusayang-sayang, dan ketika
mereka tancapkan pisau ke dadaku, mengucur darah dari
mereka sendiri, sehingga bersegera aku mengusapnya,
kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku
Kemudian kudekap ia, kupanggul, kusayang-sayang,
kupeluk,
kugendong-gendong, sampai kemudian mereka tancapkan
lagi pisau ke punggungku, sehingga mengucur lagi darah
batinnya, sehingga aku bersegera mengusapnya,
kusumpal,
kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku, kudekap,
kusayang-sayang.
1994
Rabu, 01 September 2010
Mata Pisau - Sapardi Djoko Damono
MATA PISAU - Sapardi Djoko Damono
mata pisau itu tak berkejap menatapmu
kau yang baru saja mengasahnya
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
mata pisau itu tak berkejap menatapmu
kau yang baru saja mengasahnya
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu
Daftar Tukang Bersih Anak SMP [copas dari Bang Atta]
Daftar Tukang Bersih Anak SMP [copas dari Bang Atta] Dilihat sampai dengan 21/08/2010 jam 10:27 wib
DAFTAR LENGKAPNYA ADA DI :
MEMBERSIHKAN KEYWORD ANAK SMP
BLOG KHUSUS ANAK SMP :
gatau siapa yang punya neh
hayoooo ngaku jiahahahaha..........
BLOG ANAK SMP (es-em-pe) : blogspot
Blog Anak SMP : wordpress
Blog Lirik Lagu Anak SMP SMA
Blog Info Artikel Anak SMP
Kalo ini punya Al Katro (gamau pake backlink katanya)
http://anaksmpku.blogspot.com/
http://smp.alkatro.com/
http://anaksmp.mp
Pendukung Backlink :
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
- SMP : attayaya
- SMP-ku yang istimewa : mba Reni
- SMP Gerakan SEO Positif : The Other mba Reni
- Ini Bukan Nyolong SMP : TUKANG CoLoNG
- Masa SMP : Ibu Dini
- SMP : mba Windflower
- Anak SMP : Bang Munir Ardi
- Anak SMP Sebuah Gerakan SEO Positif yang Sangat Berat : Bang Munir Ardi
- Anak SMP : attayaya
- Anak SMP : Omong Doang
- Anak SMP : Omong Doang 2
- Dunia SMP : Reza Saputra
- Anak SMP keyword positif yang diusung bang attayaya dan manajemen emosi : DINO HP
- SMP Gerakan SEO Positif : Ka Damar Blogger Kebumen
- Masa SMP, masa menemukan Talenta : Fanny Fredlina
- Repotnya jadi anak SMP : Itik Bali
- Gerakan SMP dan ANAK SMP : Alf Note
- SMP : mas Sukadi
- Anak SMP : Bang Ancis Pengelana
- Anak SMP : mas Kadri
- 8 Tahun Berlalu Tetap Tak Berubah : mas Aguestri
- Foto Anak SMP Melakukan Mural : mas Trimatra
- Dunia SMP-ku : mas Rizal
- Anak SMP dengan Gurunya : mas Dwi
- Anak SMP : Mood
- SMP : mas Herdoni Wahyono
- SMP Goes XXX ? : Ozzys
- Anak SMP Jaman Sekarang : mas Hartohadi
- Teringat Masa SMP : mba Cherry
- Gerakan SEO Positif : SMP, ANAK SMP : Ronaldo Rozalino
- Jaman SMP.. Segitu Lamakah?? : Curhat Fanda
- SMP KU SAYANG, SMP KU KENANG : Dunia Ira
- ANAK SMP : PIK Remaja Al - Hikmah
- ANAK SMP Masa Pencarian Jati Diri : mba Windflower
- Masa SMP ku yang Tak Terlupakan : mba Riesta Emy
- SMP awal dari yang lebih dari biasa : mba Risskanza
- Nostalgila Masa SMP : mba Ria Adria
- ANAK SMP : bang Iwan Dirgantara
- SMP, Masa Sejuta Warna : mba Neyna Naya
- [pantun] Anak SMP Anak SMA : Cah Cikrik
- Apa yang Salah dengan Anak SMP??? : bang Dwi Wahyudi Blogger Borneo
- Cerita SMP : non Inge Cyberworld
- SMPku Nanti : Shasa Imutz anaknya mba Reni
- Anak SMP dari masa ke masa : mba Windfoler 2
- [Aku Lulusan] SMP : Inuel Nyun Nyun
- Koleksi Foto anak SMP berjilbab : Kang Dwi Sang Dukun Pertanian
- Seks Anak SMP : mas Anton Wijaya
- Gerakan SEO Positif : SMP atau Anak SMP : mas Anton Wijaya 2
- Mengapresiasi Gerakan Perlawanan terhadap Keyword "SMP" : pak Sawali Tuhusetya
- SMP, Menuju Terbentuknya Kepribaan : Coretan Felix
- Anak SMP menggerakkan blogger : mba Reni Judhanto
- Remaja SMP : mas Julicavero
- Anak SMP : mas Zaiful Anwar
- Gerakan SEO Positif : SMP, ANAK SMP : mas Zaiful Anwar 2
- SMP : Rizky2009
- SMP ALA SHUDAI DAN SHUDAI ANAK SMP : Empat Mimpi Shudai Ajlani
- Masa SMP : mas Rawins
- Gerakan Positif SMP dan Anak SMP : Rumah Imajinasi TKJLover
- Support To kiwot SMP [Anak SMP] : mas Achen Buwel
- Video Mesum Anak SMP dan SMP Mesum Harus Dibasmi : Ancisa
- SMP Negeri I Denpasar : mas Agung AP
- SMP "Sudah Makan Pulang" : non Ntiems
- Mending SMP : neng Nuy Blog Ga Jelas
- Apa yang kamu kenang saat SMP? : mas Yoga "Gaphe Bercerita" Pratama
- Antara SEO dan SMP...! : mas Azis Lamayuda
- SMP-ku Spenpatra : Takuya nyam nyem blog
- SMP: Masa Muda, Masa yang Berapi-api : M Rizki Fadhillah
- SMP : Diana Afiifah
- Anak SMP Generasi Penerus Bangsa : mas Mufied Khamardos
- Gerakan SEO Positif : SMP, Anak SMP : mba Endang Astiana
- Masa-masa SMP : mba Diah
- Nana ‘After School’ ungkap foto saat SMP : Raudatu Fiqro Safarina
- SMP (Sekolah Menengah Pertama) : mba Aishi Lely
- SMP : Ka Damar Blogger Kebumen 2
- SMP : ReBorn Nyoblak
- Anak SMP Menciptakan Antivirus Terbaik : Bang Ancis
- Optimasi SEO Gerakan SEO Positif SMP (OFF PAGE Version) : Kang Dwi
- SMP dan Search Engine : kang Xitalho
- SMP, Anak SMP, dan Keyword SMP : kang Andy MSE
- SMP Kita : Siswa TKJ
- Masa SMP Masa Yang Indah : mba Windya
- Kaleidoskop SMP : Sapi Dudunk
- Ketika Anak SMP Iri Melihat Seragam Anak SMA : Aming
- SMP : Sebuah Kenangan : Ibunya Chusaeri
- SMP ohhh SMP : bang Tomi Purba
- Anak SMP Tenggelam : Seiri Hanoko
- Anak SMP : Anak Nelayan
- Shalat Menyehatkan Pikiran (SMP) : pak Hartohadi
- Anak SMP : Fais Belajar Ngeblog
- Kenangan Semasa SMP : mas Aldy Person Field
- SMP, Seragam Putih Biru dan Rokok : DJ SIte
- Di SMP Saatnya ATR Belajar Beradaptasi Dengan Cepat : mba Yusnita Febri
- Anak SMP : Penyamun
- Daftar SMP Cinta Lingkungan Hidup : Alamendah
- Aku ga pernah seklah SMP : Anazkia
- Cewek SMP : 3GP terbaru : Goyang Karawang
- Bukan Hanya SMP : Abdul Hakim
- Foto Hot Anak SMP : Linduaji Masman (kang Ulumuddin)
- Anak SMP Karanggayam : Hari Narmadi
- SMP-ku SMP 17 Tangsel : Fira Meutia
- Anak SMP : Azhis Jhie
- Anak SMP : Kang Mas Suryaden
- Putih Biru (SMP) : Neo Renggana
- Trik saya ketika masih smp supaya menyukai bahasa inggris : Kurniawan Q.
- Guru SMP Favoritku : Ferdivolution
- SMP (Sekolah Menengah Pertama) : Bunglon Blog
- Anak SMP : Cah Cikrik
- SMP se-Kota Banyuwangi : Anak Nelayan Kota Ikan
- Anak SMP on Micro Blogging : Al Katro
- SMP : Albertus Goenthoer Tjahjadi
- Anak SMP Sekarang : Sariful
- Gerakan SEO Positif : mas Kadri
- Anak SMP Keren : mas Kadri
- Anak SMP Membuat Antivirus : mas Kadri
- Anak SMP : Vienka
- Anak SMP : Muliardy Banun
- Gerakan SEO Positif: Ada Apa Dengan Anak SMP Sekarang? : Hakky Rohman
- Anak SMP :Arisnb
- SMP yang Hot – SMP yang Lagi Panas : Adiwibowo
- Favorit Gue Waktu SMP : Bgenk Blog
- Masa SMP, Masa Menentukan : Muhammad A Vip KomaCuma
- SMP dan Anak SMP : Kampus Blog
- The Smekanfive Crew : Blogger Pelajar SMP
- Cerianya SMP Sei Putih : Blogger Pelajar SMP
- Nostaligia Masa SMP : Sang Cerpenis
- SMP Berlika-liku : Nadia K. Putri Return to my blog
- Anak SMP : Vulkanisir
- Anak SMP : Nyul Blog
- Alhamdulillah jadi anak smp : Henny FMH
- Cinta Kala SMP Sama Dengan Cinta Monyet? : Bustamil Arifin
- Anak SMP Bikin Heboh Di Internet : blogadin punya adin
- Mari bersihkan jati diri keyword anak smp : Anak Mami
- SMP kU Di SMP n 1 MeTrO LaMpUnG : Akane D'SiLa
- Tonik Perangsang Anak SMP : Mascayo
- SMP Kami : Dita Dita
- Hasil 'TIDAK RELEVAN' pada kata kunci SMP di Google.co.id : Furqon
- Anak SMP dan Gerakan SEO Positif - Karawang Info
- Anak SMP : Ayo Kita Selamatkan Anak SMP - Membebaskan Mimpi Deni Borin
- Anak SMP Indonesia dan Anak SMP Eropa dalam Sepak Bola - Catatan Sepak Bola
- Anak SMP (Cewek SMP): Korban SEO Negatif - Farmers Son
- Anak SMP Harus Diselamatkan!- West Java Blogger
- Anak SMP : Victims of Negative SEO - Great Technology
- Anak SMP - Goyang Karawang
- Tentang Kehangatan Kata SMP : Eshape
- Anak SMP yang Penuh Gairah - Eshape Kompasiana
- Balada Anak SMP : kang Ian
- SMP-ku.. Oh SMP-ku.. - Haslita Nisa
- Hate or violence - Udin Hamd | Blogger 2 Inchi
- AKU : Putih Biru SMP-ku - Rosa Anak Mami
- Anak SMP (Senang Mendapat Paket) - Bang Munir
- 3GP Smp : sedang hot banget !!!! - Babay Bayanu
- Nikmatnya SMP - Sundaters
- Membersihkan Keyword SMP dan Anak SMP dari Content Negative - Nutaryuk
- Pasal 1, Saya Memang Pemilik[SMP] Blog Tanpa Tujuan Dan Saya Memang Merasa Silaturrahim Itu Penting - DJ.SITE
- SMP - [ Sebuah Mantra Pendek ] : Kang Buwel Achen
- Dukungan buat gerakkan seo “anak smp” - Dino HP
- Sehabis Makan Pulang (SMP) : pak Hartohadi
- Koleksi Video Anak SMP Berjilbab - Bang Ancis
- Menghapus Download Video Mesum Anak SMP Berjilbab - Yogi Anggriawan
- Sajak Malam Pertama [SMP] - Cikrik deKick
- “SMP” adalah Ketika Aku Harus Berpisah dari ORTU - Wahyu Widiyanto
- SMP Negeri 179 Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur - Dwiki Setiyawan yg diposting 25 Juni 2010 merupakan artikel yang berada dihalaman pertama sebelum gerakan ini mulai, cuma sayangnya artikel lain di halaman pertama gugel saat itu adalah artikel tidak pantas.
- Anak SMP - Kang Maspur Babay Surabay
- SMP = Sekolah Manggul Pacul - Muhammad A Vip Wakul Ngglimpang
- Kisah Anak SMP - mba Monda
- Anak SMP Jadi Pengusaha - Gunungkelir Genthokelir
- Masa Rawan SMP - 'ne Sendang Jiwa
- Dukung #seopositifsmp jadi TT di Twitter - M. Rizki Fadhillah
- Rame-Rame Membajak Keyword eSeMPe (SMP) - M. Rizki Fadhillah
- cerita litha..: SMP-ku.. Oh SMP-ku.. - Eshape
- Anak SMP NgeTop - Pakdhe Cholik BlogCamp
- anak SMP - BuGiL (?) - Non Inge
- Anak SMP | award gerakan SEO sehat - DarahBiroe
- Gairah SMP - Karesep
- Anak SMP - Kalabang
- SMP-ku - ErwinAziz
- Anak SMP Jaman Sekarang - I Putu Budi Arnaya
- SMP - Uda Dedy Dherdian
- Kenangan Masa SMP - Misfah Khairina
- Jangan Negatifkan SMP - Adi Budi Yulianto
- Masa SMP + award : Nomor Sepuluh Blog
- Foto panas dan video SMP - «((¯`¤ RáÐhìtǻ ¤´¯))»
- Kenakalan Anak SMP - Ysalma
- SMP - Sastiya Fairus Qorira
- Mengenang Masa SMP - Ifan Jayadi
- Anak SMP perlu berkarakter - Adi Nugroho
- Reuni SMP - Abi Sabila
- Keywords Anak SMP, munculnya Download Video Tak Senonoh - Itik Bali di Kompasiana
- Gerakan SEO Positif : SMP, ANAK SMP - attayaya
- Membersihkan Keyword Anak SMP - attayaya
- Daftar SMP Negeri Pekanbaru - Riau : attayaya
- Mendongkrak Anak SMP dari TUKANG BERSIH SMP - attayaya
- Menyundul ANAK SMP oleh TUKANG BERSIH SMP - attayaya
- Menggendong ANAK SMP - attayaya
- Artikel Anak SMP dalam Ramadhan Seribu Bulan - attayaya
- Pandangan Mata Anak SMP- attayaya
- SMP NEGERI 13 PEKANBARU - attayaya
- SMP Negeri di Kota Madiun - mba Reni Jhudanto
- SMP - Amazing Time : Kebookyut
- Sehat Mengikuti Petunjuk (SMP) Rasulullah SAW - pak Hartohadi
- SMP : Nanang Abdullah
- Siasat Mengetahui PageRank (SMP) - Al Katro
- Jadi Anak SMP - Sastiya Fairus Qorira 2
- Anak SMP - STOP Penyalahgunaan SEO demi Anak Bangsa Indonesia- Anak SMP - ANak SMA - Cewek SMA Cantik - Cewek SMP Cantik : Radhitya Notes
- hidup seorang blogger smp - attayaya
- Anak SMP : kang Endar
- CORETAN GUE WAKTU JADI ANAK SMP - Shudai Ajlani
- Indahnya Foto Anak SMP yang Belia - Cak Eri
- Puisi SMP - Inuel Nyuns
- Anak SMP itu Hebat - Peraih Nilai UN Anak SMP tertinggi 2010 - Radhitya Notes
- Tari Kecak - Tari Tradisional Bali - Tari Tradisional Indonesia- Anak SMP belajar Tari Tradisional : Radhitya Notes
- Blogger Bekasi Dukung Kampanye Anak SMP Bersih di Internet - mas Aris Heru Utomo
- ANAK SMP TELADAN (BUKAN OTAK MESUM) - Gayuh Coy
- Gerakan Membesihkan keyword ‘SMP’ Dari SE0 Negatif - zankjex
- Dunia SMP - Saipuddin. A.R
- Anak SMP Berjilbab : sebuah memori - mba Agustin Wilujeng
- ANAK SMP suatu ketika - mba Windflower 4
- Cinta SMP - Puisi Cinta Inyun
- Anak SMP - Ata Notonogoro
- Sama-sama Membantu Pemerintah (SMP) -->> Atasi Masalah Malaysia : Elvindinata
- SMP - Ello Aristhosiyoga
- YANG "MELENGKING" DARI BLOGWALKING - Amril T Gobel
- SMP senopati 28 - Mimpi Pribumi
- SMP IS THE BEST! : Azalea Satsuki
- Bukan Hal Sepele : celanapanjangisasi seragam SMP - Sarah Maisyaroh
- Gejolak Kaum Muda SMP - Bundapiaradaku
- Jurus SEO Anak SMP - Bibit WS
- Anak SMP - Kaka Akin
- anak SMP | Juara Olympiade Matematika Tingkat Dunia - Kang Sugeng
- SMP (Saat Mengenakan Pakaian) Taubat di Hari Kemenangan Idul Fitri - Gaelby Salahuddin
- Mendadak Jadi Blog “Bokep” Karena Keyword SMP - DJ SIte
- Syirik Membawa Petaka (SMP) - pak Hartohadi
- Anak smp di Singkep - Dino Hp
- Pelajaran Oke di SMP - Advertiyha Triana IyHa Nakho
- SMP - Blogger Media
- Cerita Cinta Membina SMP (1) - Mela Story
- Cerita Cinta Membina SMP (2) - Mela Story
- Anak SMP lagi main sama anak SMA - Mas Ifud
- Ikut Serta Dalam Gerakan SMP - Sugeng Haryono 1
- (Rencana) Reuni SMP Negeri 7 - Sugeng Haryono 2
- HIDUP SEORANG BLOGGER MANTAN ANAK SMP - Bang Munir Ardi
- SMP itu Penting - Pakdhe Cholik
- Anak SMP itu ??? - bang Kong
- Video Anak SMP - Anak Nelayan Kota Ikan
- Masa SMP - Fitri Melinda
- Nostalgila waktu SMP - Bangau Putih
- Dasar Anak SMP - Loewyi
- anak SMP oh.. anak SMP.. - ais ariani 1
- S.M.P (untuk kamu, anak ku) - ais ariani 2
- Email Anak SMP - Jodie Cerita Inspirasi
- Manfaat SMP (Suka Makan Pagi) - Om Rame
- Anak SMP dan Vignette - Pakdhe Cholik
- Anak SMP Tebak Relasi - Pakdhe Cholik
- Anak SMP Menerima Buku - Pakdhe Cholik
- Anak SMP Show of Force - Pakdhe Cholik
- Anak SMP Weweh - Pakdhe Cholik
- Shalat Meringankan Perjalanan (SMP) - Pak Hartohadi
- Anak SMP : Saatnya Memajang Parcel - Al Katro
- Anak SMP Berjilbab belajar Sejarah Kerajaan Kediri - mba Agustin Wilujeng
- Anak SMP duduk termenung - mba Reni Judhanto
- Anak SMP : Eni Ambarwati
- Kenangan Semasa SMP Dulu.... : Ivan Mobii
- Potret Sekolah SMP Kami : Bang Fiko
- Story Jadi Anak SMP - Zee
- Nasionalisme Anak SMP - Muhammad A Vip Wakulglimpang
DAFTAR LENGKAPNYA ADA DI :
MEMBERSIHKAN KEYWORD ANAK SMP
BLOG KHUSUS ANAK SMP :
gatau siapa yang punya neh
hayoooo ngaku jiahahahaha..........
BLOG ANAK SMP (es-em-pe) : blogspot
Blog Anak SMP : wordpress
Blog Lirik Lagu Anak SMP SMA
Blog Info Artikel Anak SMP
Kalo ini punya Al Katro (gamau pake backlink katanya)
http://anaksmpku.blogspot.com/
http://smp.alkatro.com/
http://anaksmp.mp
Pendukung Backlink :
- Kang addiehf and konco JogloAbang
- Xitalho
- Suryaden
- Pojok Pradna
- Laksamana Embun DKK Bertuah
- Temen-temen belakang layar
- Blogger Bertuah Pekanbaru
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
Selasa, 31 Agustus 2010
NetworkedBlog Anak SMP
NetworkedBlog Anak SMP - NetworkedBlog adalah salah satu fanpage di facebook, Kemarin Anak SMP sudah Membuat NetworkedBlog ini. Dan Tentang Apa Itu NetworkedBlog ada baiknya dicopas saja dari blognya wulan merindu saja, soalnya inti postingannya mirip2 sama... ;-)
NetworkedBlog :
Apa itu NetworkedBlogs? NetworkedBlogs adalah salah satu aplikasi yang bisa buat mempromosikan blog di Facebook dan bisa juga untuk ngeliat blog-blog lainnya.
Nih loh langkah-langkah untuk mengaktifkan aplikasi NetworkedBlogs di halaman Facebook kamu:
• Masuklah ke akun Facebook kamu
• Pilih Aplikasi yang berada di suduk kiri bawah, lalu klik Find More (Jelajahi Aplikasi Lain)
• Pada halaman berikutnya isi kata kunci “networkedblogs” pada kotak pencarian lalu Enter
• Pilih dan klik NetworkedBlogs
• Tekan link Jadi Penggemar
• Kemudian klik tombol Menuju ke Aplikasi (Go to Application)
• Muncul halaman Izin Akses, Tekan tombol Izinkan
• Klik Tab Profile
• Masukkan blog kamu dengan klik link Add Your Blog
• Masukkan nama blog kamu pada kotak teks Blog Name misal : Ruang Rindu, tulis alamat URL blog kamu seperti : http://wulanmerindublog.blogspot.com, topik atau tags, pilih bahasa blog, dan isi deskripsi singkat tentang blog kamu, kemudian tekan tombol Next
• Masukkan URL feed Blog kamu, lalu tekan tombol Next
• Selanjutnya muncul halaman pertanyaan Are you the Author of (nama blog kamu), Klik tombol Yes
• Selanjutnya kamu diminta untuk memverifikasi kepemilikan blog. Ada dua opsi, Ask a friends to verify you (mudah tapi butuh waktu) dan Use Our Widget to Verify blog Ownership (langsung tapi butuh skill)
• Sebagai Contoh saya pilih opsi: Use Our Widget to Verify blog Ownership
• Copy kode HTML yang diberikan, tempel di blog kamu
• Tekan Tombol Verify
• Sampai disini kamu berhasil memasukkan blog kamu.
• Klik Tab Profile, lalu klik tombol Show Your Blogs On Your Profile (Add to Profile / Cantumkan ke dalam Profil), kemudian muncul halaman profil kamu, klik tombol Keep (disudut kiri bawah)
• Kembali ke halaman NetworkedBlogs, klik juga List Your Blogs on Your info Tab (Add to Info / Tambahkan ke Info) kemudian muncul halaman profil kamu, klik tombol Keep (disudut kiri bawah)
Sebagai blogger, perspektif yang mestinya kita pakai dalam berselancar di situs-situs social media adalah, bagaimana menjaring traffic dari situs ini ke blog kita. Karena itulah saya gemar mencari aplikasi Facebook yang menguntungkan bagi blog saya.
Bagi Blogger, widget ini tentu berguna untuk mengetahui siapa saja yang menyukai dan mengikuti blog mereka.
NetworkedBlogs sebenarnya hampir serupa dengan widget Google Foolowers atau Google Friend Connect. MyBlogLog pun punya widget serupa. Intinya widget kaya gini gunanya bagi pembaca blog adalah mengingatkan blog mana saja yang pernah kita kunjungi dan sukai.
Kelebihan NetworkedBlogs, adalah mampu mengkoneksikan antara akun Facebook anda dengan blog anda atau blog yang anda ikuti. Kalau Google Follower mengharuskan kita memiliki akun di Google, dan harus log in ke Blogger.com untuk mengetahui perkembangan dari blog yang kita ikuti, NetworkedBlogs memungkinkan untuk menampilkan thumbnail blog kita atau blog yang kita sukai pada halaman profil kita di Facebook. Selain itu feed dari blog anda juga akan otomatis ter-publish di profil Facebook anda.
Teman-teman kita ataupun orang lain di Facebook bisa membaca artikel kita secara langsung. Kitapun bisa mendiskusikan artikel kita melalui forum yang otomatis disediakan pada aplikasi tersebut. Hal ini tentu saja sangat berguna untuk perkembangan blog kita nantinya, karena bisa dapetin umpan balik secara langsung dari followers (pengikut) kita di Facebook.
Aplikasi ini juga menyertakan fitur search dan browse berdasarkan kategori, sehingga tidak menutup kemungkinan blog anda akan dibaca oleh pengguna Facebook yang tidak termasuk ke dalam jaringan teman anda. Ruang Rindu sendiri terbilang baru menggunakan aplikasi ini.
Sekalian Majang widgetsnya, Barangkali ada yang ngefollow....
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
NetworkedBlog :
Apa itu NetworkedBlogs? NetworkedBlogs adalah salah satu aplikasi yang bisa buat mempromosikan blog di Facebook dan bisa juga untuk ngeliat blog-blog lainnya.
Nih loh langkah-langkah untuk mengaktifkan aplikasi NetworkedBlogs di halaman Facebook kamu:
• Masuklah ke akun Facebook kamu
• Pilih Aplikasi yang berada di suduk kiri bawah, lalu klik Find More (Jelajahi Aplikasi Lain)
• Pada halaman berikutnya isi kata kunci “networkedblogs” pada kotak pencarian lalu Enter
• Pilih dan klik NetworkedBlogs
• Tekan link Jadi Penggemar
• Kemudian klik tombol Menuju ke Aplikasi (Go to Application)
• Muncul halaman Izin Akses, Tekan tombol Izinkan
• Klik Tab Profile
• Masukkan blog kamu dengan klik link Add Your Blog
• Masukkan nama blog kamu pada kotak teks Blog Name misal : Ruang Rindu, tulis alamat URL blog kamu seperti : http://wulanmerindublog.blogspot.com, topik atau tags, pilih bahasa blog, dan isi deskripsi singkat tentang blog kamu, kemudian tekan tombol Next
• Masukkan URL feed Blog kamu, lalu tekan tombol Next
• Selanjutnya muncul halaman pertanyaan Are you the Author of (nama blog kamu), Klik tombol Yes
• Selanjutnya kamu diminta untuk memverifikasi kepemilikan blog. Ada dua opsi, Ask a friends to verify you (mudah tapi butuh waktu) dan Use Our Widget to Verify blog Ownership (langsung tapi butuh skill)
• Sebagai Contoh saya pilih opsi: Use Our Widget to Verify blog Ownership
• Copy kode HTML yang diberikan, tempel di blog kamu
• Tekan Tombol Verify
• Sampai disini kamu berhasil memasukkan blog kamu.
• Klik Tab Profile, lalu klik tombol Show Your Blogs On Your Profile (Add to Profile / Cantumkan ke dalam Profil), kemudian muncul halaman profil kamu, klik tombol Keep (disudut kiri bawah)
• Kembali ke halaman NetworkedBlogs, klik juga List Your Blogs on Your info Tab (Add to Info / Tambahkan ke Info) kemudian muncul halaman profil kamu, klik tombol Keep (disudut kiri bawah)
Sebagai blogger, perspektif yang mestinya kita pakai dalam berselancar di situs-situs social media adalah, bagaimana menjaring traffic dari situs ini ke blog kita. Karena itulah saya gemar mencari aplikasi Facebook yang menguntungkan bagi blog saya.
Bagi Blogger, widget ini tentu berguna untuk mengetahui siapa saja yang menyukai dan mengikuti blog mereka.
NetworkedBlogs sebenarnya hampir serupa dengan widget Google Foolowers atau Google Friend Connect. MyBlogLog pun punya widget serupa. Intinya widget kaya gini gunanya bagi pembaca blog adalah mengingatkan blog mana saja yang pernah kita kunjungi dan sukai.
Kelebihan NetworkedBlogs, adalah mampu mengkoneksikan antara akun Facebook anda dengan blog anda atau blog yang anda ikuti. Kalau Google Follower mengharuskan kita memiliki akun di Google, dan harus log in ke Blogger.com untuk mengetahui perkembangan dari blog yang kita ikuti, NetworkedBlogs memungkinkan untuk menampilkan thumbnail blog kita atau blog yang kita sukai pada halaman profil kita di Facebook. Selain itu feed dari blog anda juga akan otomatis ter-publish di profil Facebook anda.
Teman-teman kita ataupun orang lain di Facebook bisa membaca artikel kita secara langsung. Kitapun bisa mendiskusikan artikel kita melalui forum yang otomatis disediakan pada aplikasi tersebut. Hal ini tentu saja sangat berguna untuk perkembangan blog kita nantinya, karena bisa dapetin umpan balik secara langsung dari followers (pengikut) kita di Facebook.
Aplikasi ini juga menyertakan fitur search dan browse berdasarkan kategori, sehingga tidak menutup kemungkinan blog anda akan dibaca oleh pengguna Facebook yang tidak termasuk ke dalam jaringan teman anda. Ruang Rindu sendiri terbilang baru menggunakan aplikasi ini.
Sekalian Majang widgetsnya, Barangkali ada yang ngefollow....
support to : SMP | Anak SMP | Gerakan SEO positif : SMP, Anak SMP Anak SMP
SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA - CAK NUN [ Profil Emha Ainun Nadjib ]
SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA
Oleh :
Emha Ainun Najib
Satu
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunyaa
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
Dua
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi
Karena sejati
Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkannama Allah ta'ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna
Empat
Sangat mahal biaya masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gmpang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentingnya
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya
Lima
Masjid ruh kita baw ke mana-mana
Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab majid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya
Mereka menembak hanya bayangan kita
Enam
Masjid itu dua macamnya
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung waktu nun di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap di keharibaan cinta-Nya
Tujuh
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat
Menyatu dalam tarikat ke makrifat
Delapan
Bahkan seribu masjid, sjuta masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid'ah
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali penemuan model imamah
Sembilan
Seribu masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya 'Alal Falah!
1987
Profil Emha Ainun Nadjib [ Cak Nun ] :
Nama:
EMHA AINUN NAJIB
Lahir:
Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953
Agama:
Islam
Isteri:
Novia Kolopaking
Pendidikan:
- SD, Jombang (1965)
- SMP Muhammadiyah, Yogyakarta (1968)
- SMA Muhammadiyah, Yogyakarta (1971)
- Pondok Pesantren Modern Gontor
- FE di Fakultas Filsafat UGM (tidak tamat)
Karir:
- Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970)
- Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976)
- Pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta)
- Pemimpin Grup musik Kyai Kanjeng
- Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media
Karya Seni Teater:
• Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan 'Raja' Soeharto),
• Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan),
• Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern),
• Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
• Santri-Santri Khidhir (1990, bersama Teater Salahudin di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun),
• Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar),
• Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
• Perahu Retak (1992).
Buku Puisi:
• “M” Frustasi (1976),
• Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978),
• Sajak-Sajak Cinta (1978),
• Nyanyian Gelandangan (1982),
• 99 Untuk Tuhanku (1983),
• Suluk Pesisiran (1989),
• Lautan Jilbab (1989),
• Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990),
• Cahaya Maha Cahaya (1991),
• Sesobek Buku Harian Indonesia (1993),
• Abacadabra (1994),
• Syair Amaul Husna (1994)
Buku Essai:
• Dari Pojok Sejarah (1985),
• Sastra Yang Membebaskan (1985)
• Secangkir Kopi Jon Pakir (1990),
• Markesot Bertutur (1993),
• Markesot Bertutur Lagi (1994),
• Opini Plesetan (1996),
• Gerakan Punakawan (1994),
• Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996),
• Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994),
• Slilit Sang Kiai (1991),
• Sudrun Gugat (1994),
• Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995),
• Bola- Bola Kultural (1996),
• Budaya Tanding (1995),
• Titik Nadir Demokrasi (1995),
• Tuhanpun Berpuasa (1996),
• Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997)
• Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997)
• Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997),
• 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998),
• Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998)
• Kiai Kocar Kacir (1998)
• Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (1998)
• Keranjang Sampah (1998) Ikrar Husnul Khatimah (1999)
• Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000),
• Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000),
• Menelusuri Titik Keimanan (2001),
• Hikmah Puasa 1 & 2 (2001),
• Segitiga Cinta (2001),
• “Kitab Ketentraman” (2001),
• “Trilogi Kumpulan Puisi” (2001),
• “Tahajjud Cinta” (2003),
• “Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun” (2003),
• Folklore Madura (2005),
• Puasa ya Puasa (2005),
• Kerajaan Indonesia (2006, kumpulan wawancara),
• Kafir Liberal (2006)
• Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006)
Emha Ainun Nadjib
Kyai Kanjeng Sang Pelayan
Budayawan Emha Ainun Nadjib, kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953, ini seorang pelayan. Suami Novia Kolopaking dan pimpinan Grup Musik Kyai Kanjeng, yang dipanggil akrab Cak Nun, itu memang dalam berbagai kegiatannya, lebih bersifat melayani yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayannya ingin menumbuhkan potensialitas rakyat.
Bersama Grup Musik Kiai Kanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali per bulan berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, dengan acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Di samping itu, secara rutin (bulanan) bersama komunitas Masyarakat Padang Bulan, aktif mengadakan pertemuan sosial melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.
Dalam berbagai forum komunitas Masyarakat Padang Bulan, itu pembicaraan mengenai pluralisme sering muncul. Berkali-kali Cak Nun yang menolak dipanggil kiai itu meluruskan pemahaman mengenai konsep yang ia sebut sebagai manajemen keberagaman itu.
Dia selalu berusaha meluruskan berbagai salah paham mengenai suatu hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual. Salah satunya mengenai dakwah, dunia yang ia anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang pantas dan tidak untuk berdakwah. “Dakwah yang utama bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah," katanya.
Karena itulah ia lebih senang bila kehadirannya bersama istri dan kelompok musik Kiai Kanjeng di taman budaya, masjid, dan berbagai komunitas warga tak disebut sebagai kegiatan dakwah. "Itu hanya bentuk pelayanan. Pelayanan adalah ibadah dan harus dilakukan bukan hanya secara vertikal, tapi horizontal," ujarnya.
Emha merintis bentuk keseniannya itu sejak akhir 1970-an, bekerja sama dengan Teater Dinasti -- yang berpangkalan di rumah kontrakannya, di Bugisan, Yogyakarta. Beberapa kota di Jawa pernah mereka datangi, untuk satu dua kali pertunjukan. Selain manggung, ia juga menjadi kolumnis.
Dia anak keempat dari 15 bersaudara. Ayahnya, Almarhum MA Lathif, adalah seorang petani. Dia mengenyam pendidikan SD di Jombang (1965) dan SMP Muhammadiyah di Yogyakarta (1968). Sempat masuk Pondok Modern Gontor Ponorogo tapi kemudian dikeluarkan karena melakukan demo melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya. Kemudian pindah ke SMA Muhammadiyah I, Yogyakarta sampai tamat. Lalu sempat melanjut ke Fakultas Ekonomi UGM, tapi tidak tamat.
Lima tahun (1970-1975) hidup menggelandang di Malioboro, Yogya, ketika belajar sastra dari guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha berikutnya.
Karirnya diawali sebagai Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970). Kemudian menjadi Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976), sebelum menjadi pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta), dan grup musik Kyai Kanjeng hingga kini. Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media.
Ia juga mengikuti berbagai festival dan lokakarya puisi dan teater. Di antaranya mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, AS (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).
Karya Seni Teater
Cak Nun memacu kehidupan multi-kesenian di Yogya bersama Halimd HD, networker kesenian melalui Sanggarbambu, aktif di Teater Dinasti dan mengasilkan beberapa reportoar serta pementasan drama. Di antaranya: Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan 'Raja' Soeharto); Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan); Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern); Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
Selain itu, bersama Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri Khidhir (1990, di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun). Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar); dan Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
Juga mementaskan Perahu Retak (1992, tentang Indonesia Orba yang digambarkan melalui situasi konflik pra-kerajaan Mataram, sebagai buku diterbitkan oleh Garda Pustaka), di samping Sidang Para Setan, Pak Kanjeng, Duta Dari Masa Depan.
Dia juga termasuk kreatif dalam menulis puisi. Terbukti, dia telah menerbitkan 16 buku puisi: “M” Frustasi (1976); Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978); Sajak-Sajak Cinta (1978); Nyanyian Gelandangan (1982); 99 Untuk Tuhanku (1983); Suluk Pesisiran (1989); Lautan Jilbab (1989); Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990); Cahaya Maha Cahaya (1991); Sesobek Buku Harian Indonesia (1993); Abacadabra (1994); dan Syair Amaul Husna (1994)
Selain itu, juga telah menerbitkan 30-an buku esai, di antaranya: Dari Pojok Sejarah (1985); Sastra Yang Membebaskan (1985); Secangkir Kopi Jon Pakir (1990); Markesot Bertutur (1993); Markesot Bertutur Lagi (1994); Opini Plesetan (1996); Gerakan Punakawan (1994); Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996); Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994); Slilit Sang Kiai (1991); Sudrun Gugat (1994); Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995); Bola- Bola Kultural (1996); Budaya Tanding (1995); Titik Nadir Demokrasi (1995); Tuhanpun Berpuasa (1996); Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997); Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997);
Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997); 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998); Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998); Kiai Kocar Kacir (1998); Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (1998); Keranjang Sampah (1998); Ikrar Husnul Khatimah (1999); Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000); Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000); Menelusuri Titik Keimanan (2001); Hikmah Puasa 1 & 2 (2001); Segitiga Cinta (2001); “Kitab Ketentraman” (2001); “Trilogi Kumpulan Puisi” (2001); “Tahajjud Cinta” (2003); “Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun” (2003); Folklore Madura (2005); Puasa ya Puasa (2005); Kerajaan Indonesia (2006, kumpulan wawancara); Kafir Liberal (2006); dan, Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006).
Pluralisme
Cak Nun bersama Grup Musik Kiai Kanjeng dengan balutan busana serba putih, ber-shalawat (bernyanyi) dengan gaya gospel yang kuat dengan iringan musik gamelan kontemporer di hadapan jemaah yang berkumpul di sekitar panggung Masjid Cut Meutia. Setelah shalat tarawih terdiam, lalu sayup-sayup terdengar intro lagu Malam Kudus. Kemudian terdengar syair, "Sholatullah salamullah/ ’Ala thoha Rasulillah/ Sholatullah salamullah/ Sholatullah salamullah/ ’Ala yaasin Habibillah/ ’Ala yaasin Habibillah..."
Tepuk tangan dan teriakan penonton pun membahana setelah shalawat itu selesai dilantunkan. "Tidak ada lagu Kristen, tidak ada lagu Islam. Saya bukan bernyanyi, saya ber-shalawat," ujarnya menjawab pertanyaan yang ada di benak jemaah masjid.
Tampaknya Cak Nun berupaya merombak cara pikir masyarakat mengenai pemahaman agama. Bukan hanya pada Pagelaran Al Quran dan Merah Putih Cinta Negeriku di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Sabtu (14/10/2006) malam, itu ia melakukan hal-hal yang kontroversial. Dalam berbagai komunitas yang dibentuknya, oase pemikiran muncul, menyegarkan hati dan pikiran.
Perihal pluralisme, sering muncul dalam diskusi Cak Nun bersama komunitasnya. "Ada apa dengan pluralisme?" katanya. Menurut dia, sejak zaman kerajaan Majapahit tidak pernah ada masalah dengan pluralisme.
"Sejak zaman nenek moyang, bangsa ini sudah plural dan bisa hidup rukun. Mungkin sekarang ada intervensi dari negara luar," ujar Emha. Dia dengan tegas menyatakan mendukung pluralisme. Menurutnya, pluralisme bukan menganggap semua agama itu sama. Islam beda dengan Kristen, dengan Buddha, dengan Katolik, dengan Hindu. “Tidak bisa disamakan, yang beda biar berbeda. Kita harus menghargai itu semua," tutur budayawan intelektual itu. ►e-ti
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/e/emha-ainun-nadjib/index.shtml (sumber)
Oleh :
Emha Ainun Najib
Satu
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunyaa
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
Dua
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi
Karena sejati
Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkannama Allah ta'ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna
Empat
Sangat mahal biaya masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gmpang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentingnya
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya
Lima
Masjid ruh kita baw ke mana-mana
Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab majid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya
Mereka menembak hanya bayangan kita
Enam
Masjid itu dua macamnya
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung waktu nun di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap di keharibaan cinta-Nya
Tujuh
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat
Menyatu dalam tarikat ke makrifat
Delapan
Bahkan seribu masjid, sjuta masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid'ah
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali penemuan model imamah
Sembilan
Seribu masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya 'Alal Falah!
1987
Profil Emha Ainun Nadjib [ Cak Nun ] :
Nama:
EMHA AINUN NAJIB
Lahir:
Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953
Agama:
Islam
Isteri:
Novia Kolopaking
Pendidikan:
- SD, Jombang (1965)
- SMP Muhammadiyah, Yogyakarta (1968)
- SMA Muhammadiyah, Yogyakarta (1971)
- Pondok Pesantren Modern Gontor
- FE di Fakultas Filsafat UGM (tidak tamat)
Karir:
- Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970)
- Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976)
- Pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta)
- Pemimpin Grup musik Kyai Kanjeng
- Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media
Karya Seni Teater:
• Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan 'Raja' Soeharto),
• Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan),
• Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern),
• Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
• Santri-Santri Khidhir (1990, bersama Teater Salahudin di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun),
• Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar),
• Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
• Perahu Retak (1992).
Buku Puisi:
• “M” Frustasi (1976),
• Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978),
• Sajak-Sajak Cinta (1978),
• Nyanyian Gelandangan (1982),
• 99 Untuk Tuhanku (1983),
• Suluk Pesisiran (1989),
• Lautan Jilbab (1989),
• Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990),
• Cahaya Maha Cahaya (1991),
• Sesobek Buku Harian Indonesia (1993),
• Abacadabra (1994),
• Syair Amaul Husna (1994)
Buku Essai:
• Dari Pojok Sejarah (1985),
• Sastra Yang Membebaskan (1985)
• Secangkir Kopi Jon Pakir (1990),
• Markesot Bertutur (1993),
• Markesot Bertutur Lagi (1994),
• Opini Plesetan (1996),
• Gerakan Punakawan (1994),
• Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996),
• Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994),
• Slilit Sang Kiai (1991),
• Sudrun Gugat (1994),
• Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995),
• Bola- Bola Kultural (1996),
• Budaya Tanding (1995),
• Titik Nadir Demokrasi (1995),
• Tuhanpun Berpuasa (1996),
• Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997)
• Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997)
• Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997),
• 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998),
• Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998)
• Kiai Kocar Kacir (1998)
• Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (1998)
• Keranjang Sampah (1998) Ikrar Husnul Khatimah (1999)
• Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000),
• Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000),
• Menelusuri Titik Keimanan (2001),
• Hikmah Puasa 1 & 2 (2001),
• Segitiga Cinta (2001),
• “Kitab Ketentraman” (2001),
• “Trilogi Kumpulan Puisi” (2001),
• “Tahajjud Cinta” (2003),
• “Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun” (2003),
• Folklore Madura (2005),
• Puasa ya Puasa (2005),
• Kerajaan Indonesia (2006, kumpulan wawancara),
• Kafir Liberal (2006)
• Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006)
Emha Ainun Nadjib
Kyai Kanjeng Sang Pelayan
Budayawan Emha Ainun Nadjib, kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953, ini seorang pelayan. Suami Novia Kolopaking dan pimpinan Grup Musik Kyai Kanjeng, yang dipanggil akrab Cak Nun, itu memang dalam berbagai kegiatannya, lebih bersifat melayani yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayannya ingin menumbuhkan potensialitas rakyat.
Bersama Grup Musik Kiai Kanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali per bulan berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, dengan acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Di samping itu, secara rutin (bulanan) bersama komunitas Masyarakat Padang Bulan, aktif mengadakan pertemuan sosial melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.
Dalam berbagai forum komunitas Masyarakat Padang Bulan, itu pembicaraan mengenai pluralisme sering muncul. Berkali-kali Cak Nun yang menolak dipanggil kiai itu meluruskan pemahaman mengenai konsep yang ia sebut sebagai manajemen keberagaman itu.
Dia selalu berusaha meluruskan berbagai salah paham mengenai suatu hal, baik kesalahan makna etimologi maupun makna kontekstual. Salah satunya mengenai dakwah, dunia yang ia anggap sudah terpolusi. Menurutnya, sudah tidak ada parameter siapa yang pantas dan tidak untuk berdakwah. “Dakwah yang utama bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perilaku. Orang yang berbuat baik sudah berdakwah," katanya.
Karena itulah ia lebih senang bila kehadirannya bersama istri dan kelompok musik Kiai Kanjeng di taman budaya, masjid, dan berbagai komunitas warga tak disebut sebagai kegiatan dakwah. "Itu hanya bentuk pelayanan. Pelayanan adalah ibadah dan harus dilakukan bukan hanya secara vertikal, tapi horizontal," ujarnya.
Emha merintis bentuk keseniannya itu sejak akhir 1970-an, bekerja sama dengan Teater Dinasti -- yang berpangkalan di rumah kontrakannya, di Bugisan, Yogyakarta. Beberapa kota di Jawa pernah mereka datangi, untuk satu dua kali pertunjukan. Selain manggung, ia juga menjadi kolumnis.
Dia anak keempat dari 15 bersaudara. Ayahnya, Almarhum MA Lathif, adalah seorang petani. Dia mengenyam pendidikan SD di Jombang (1965) dan SMP Muhammadiyah di Yogyakarta (1968). Sempat masuk Pondok Modern Gontor Ponorogo tapi kemudian dikeluarkan karena melakukan demo melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya. Kemudian pindah ke SMA Muhammadiyah I, Yogyakarta sampai tamat. Lalu sempat melanjut ke Fakultas Ekonomi UGM, tapi tidak tamat.
Lima tahun (1970-1975) hidup menggelandang di Malioboro, Yogya, ketika belajar sastra dari guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha berikutnya.
Karirnya diawali sebagai Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta (1970). Kemudian menjadi Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta (1973-1976), sebelum menjadi pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta), dan grup musik Kyai Kanjeng hingga kini. Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media.
Ia juga mengikuti berbagai festival dan lokakarya puisi dan teater. Di antaranya mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, AS (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).
Karya Seni Teater
Cak Nun memacu kehidupan multi-kesenian di Yogya bersama Halimd HD, networker kesenian melalui Sanggarbambu, aktif di Teater Dinasti dan mengasilkan beberapa reportoar serta pementasan drama. Di antaranya: Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan 'Raja' Soeharto); Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan); Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern); Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
Selain itu, bersama Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri Khidhir (1990, di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun). Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar); dan Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
Juga mementaskan Perahu Retak (1992, tentang Indonesia Orba yang digambarkan melalui situasi konflik pra-kerajaan Mataram, sebagai buku diterbitkan oleh Garda Pustaka), di samping Sidang Para Setan, Pak Kanjeng, Duta Dari Masa Depan.
Dia juga termasuk kreatif dalam menulis puisi. Terbukti, dia telah menerbitkan 16 buku puisi: “M” Frustasi (1976); Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978); Sajak-Sajak Cinta (1978); Nyanyian Gelandangan (1982); 99 Untuk Tuhanku (1983); Suluk Pesisiran (1989); Lautan Jilbab (1989); Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990); Cahaya Maha Cahaya (1991); Sesobek Buku Harian Indonesia (1993); Abacadabra (1994); dan Syair Amaul Husna (1994)
Selain itu, juga telah menerbitkan 30-an buku esai, di antaranya: Dari Pojok Sejarah (1985); Sastra Yang Membebaskan (1985); Secangkir Kopi Jon Pakir (1990); Markesot Bertutur (1993); Markesot Bertutur Lagi (1994); Opini Plesetan (1996); Gerakan Punakawan (1994); Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996); Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994); Slilit Sang Kiai (1991); Sudrun Gugat (1994); Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995); Bola- Bola Kultural (1996); Budaya Tanding (1995); Titik Nadir Demokrasi (1995); Tuhanpun Berpuasa (1996); Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997); Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997);
Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997); 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998); Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998); Kiai Kocar Kacir (1998); Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (1998); Keranjang Sampah (1998); Ikrar Husnul Khatimah (1999); Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000); Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000); Menelusuri Titik Keimanan (2001); Hikmah Puasa 1 & 2 (2001); Segitiga Cinta (2001); “Kitab Ketentraman” (2001); “Trilogi Kumpulan Puisi” (2001); “Tahajjud Cinta” (2003); “Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun” (2003); Folklore Madura (2005); Puasa ya Puasa (2005); Kerajaan Indonesia (2006, kumpulan wawancara); Kafir Liberal (2006); dan, Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006).
Pluralisme
Cak Nun bersama Grup Musik Kiai Kanjeng dengan balutan busana serba putih, ber-shalawat (bernyanyi) dengan gaya gospel yang kuat dengan iringan musik gamelan kontemporer di hadapan jemaah yang berkumpul di sekitar panggung Masjid Cut Meutia. Setelah shalat tarawih terdiam, lalu sayup-sayup terdengar intro lagu Malam Kudus. Kemudian terdengar syair, "Sholatullah salamullah/ ’Ala thoha Rasulillah/ Sholatullah salamullah/ Sholatullah salamullah/ ’Ala yaasin Habibillah/ ’Ala yaasin Habibillah..."
Tepuk tangan dan teriakan penonton pun membahana setelah shalawat itu selesai dilantunkan. "Tidak ada lagu Kristen, tidak ada lagu Islam. Saya bukan bernyanyi, saya ber-shalawat," ujarnya menjawab pertanyaan yang ada di benak jemaah masjid.
Tampaknya Cak Nun berupaya merombak cara pikir masyarakat mengenai pemahaman agama. Bukan hanya pada Pagelaran Al Quran dan Merah Putih Cinta Negeriku di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Sabtu (14/10/2006) malam, itu ia melakukan hal-hal yang kontroversial. Dalam berbagai komunitas yang dibentuknya, oase pemikiran muncul, menyegarkan hati dan pikiran.
Perihal pluralisme, sering muncul dalam diskusi Cak Nun bersama komunitasnya. "Ada apa dengan pluralisme?" katanya. Menurut dia, sejak zaman kerajaan Majapahit tidak pernah ada masalah dengan pluralisme.
"Sejak zaman nenek moyang, bangsa ini sudah plural dan bisa hidup rukun. Mungkin sekarang ada intervensi dari negara luar," ujar Emha. Dia dengan tegas menyatakan mendukung pluralisme. Menurutnya, pluralisme bukan menganggap semua agama itu sama. Islam beda dengan Kristen, dengan Buddha, dengan Katolik, dengan Hindu. “Tidak bisa disamakan, yang beda biar berbeda. Kita harus menghargai itu semua," tutur budayawan intelektual itu. ►e-ti
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/e/emha-ainun-nadjib/index.shtml (sumber)
Langganan:
Postingan (Atom)